Menembus Terjalnya Kondisi Pasca-Lebaran

MI/INSAN AKBAR KRISNAMUSI
30/7/2015 00:00
Menembus Terjalnya Kondisi Pasca-Lebaran
(MI/PUNTO)
LESUNYA penjualan roda empat di enam bulan pertama 2015 pastinya tak ingin diulang para pabrikan di paruh kedua. Akan tetapi, meskipun para agen tunggal pemegang merek (ATPM) menginjak 'pedal gas' pemasaran dan penjualan dalam-dalam, mungkinkah transaksi jual-beli pada Juli-Desember nanti melebihi semester pertama?

Aktivitas komersial pada Januari-Juni kemarin, menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), mencapai 525.479 unit (wholesales) atau turun hingga 18,16% ketimbang periode yang sama tahun lalu. Capaian itu sudah terbantu penjualan Juni--bulan menjelang Lebaran--yang naik tipis 3,51% dari Mei menjadi 82.160 unit.

Meski naik, raihan tersebut lebih rendah dari 'tradisi' kenaikan penjualan menjelang Lebaran yang rata-rata 10%-15%. "Satu karena permintaannya berkurang, dua karena leasing ketat. (Penjualan Juni) paling 80 ribuan unit," tandas Deputy Managing Director PT Suzuki Indomobil Sales Davy J Tuilan di sela acara buka puasa bersama awak media di Jakarta, awal Juli lalu.

Pada pertengahan tahun Bank Indonesia turut pula membantu industri otomotif dengan menelurkan Peraturan BI Nomor 17/10/PBI/2015 tentang Rasio Pinjaman terhadap Nilai Aset (loan to value/LTV). Dampaknya antara lain penurunan uang muka (down payment/DP) mobil dari 30% menjadi 20%.

Meski mengapresiasi, pelaku industri merasa peraturan ini tak bakal berdampak signifikan bagi iklim industri otomotif di tahun ini. Sentimen pasar dan daya beli konsumen menjadi dua tantangan utama.

GM Strategi Pemasaran dan Perencanaan Produk PT Nissan Motor Indonesia Budi Nur Mukmin mengatakan indeks kepercayaan diri konsumen yang dikeluarkan BI menunjukkan tren penurunan tahun ini. Hal itu menyangkut semisal kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terus melemah serta harga komoditas yang masih buruk seperti pada 2014.

"Di enam bulan ke depan level kepercayaan diri konsumen ini juga masih belum membaik," nilai Budi kepada Media Indonesia, penghujung Juni lalu di Jakarta. Budi masih meramalkan angka penjualan di akhir 2015 nanti berkisar antara 1 juta hingga 1,1 juta unit.

Kepala Divisi Perencanaan Korporat PT Astra Daihatsu Motor Rudi Ardiman mengaku mengatakan kondisi pasar tak hanya tergantung pada besaran DP, tetapi juga pada tingkat suku bunga. Suku bunga yang kompetitif diyakini bakal memacu daya beli.

"Melakukan promo pun, kalau secara politik-ekonomi-sosial tidak mendukung, tidak memungkinkan. Kalau daya beli membaik, sentimen pasar sudah mulai positif, orang baru akan mulai mengeluarkan uang untuk hal-hal yang nonprimer," lanjut Rudi.

Direktur Pemasaran PT Kia Mobil Indonesia Hartanto Sukmono mengharap proyek-proyek pemerintah pusat dan daerah dipercepat di semester kedua untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. "Dengan peredaran uang yang masih ketat seperti saat ini, mencicil (kendaraan) susah. Daya beli dapat didorong dengan mempercepat proyek-proyek pemerintah sehingga uang yang beredar di masyarakat naik," papar Hartanto.

Seperti industri lainnya, industri otomotif memang masih dirundung banyak tantangan pada enam bulan terakhir 2015. Yang pasti, pabrikan akan berjuang keras agar semester kedua 'Tahun Kambing Kayu' ini tak mengulangi semester kedua 2014 yang cuma menyumbang 46,85% dari raihan penjualan 1.208.019 unit di akhir tahun.

Rasanya pun logis mengatakan Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2015 atau Indonesia International Motor Show (IIMS) 2015 pada Agustus menjadi dua harapan untuk menyukseskan misi itu selain diskon, program-program promo, dan model baru dari pabrikan.

Ekspedisi mudik
Seperti antitesis dari kondisi penjualan otomotifnya, kendaraan 'peserta' mudik tahun ini justru tak menunjukkan penurunan. Meski sudah ada Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) yang memecah kebuntuan yang sering terjadi jalur pantura, kemacetan tetap terjadi. Bedanya, titiknya berpindah dari Jawa Barat ke Jawa Tengah.

Tim otomotif Media Indonesia dengan enam mobil ke tujuan yang berbeda ikut menjadi saksi dinamika arus mudik dan arus balik Lebaran 2015.

Ada yang hampir tak menemui hambatan macet, tapi ada juga yang terjebak berjam-jam di Brebes-Tegal sampai harus merelakan waktu dua hari untuk menempuh perjalanan Jakarta-Klaten. Ada pula yang lewat jalur selatan Jawa dan butuh waktu hingga 24 jam untuk sampai Purwokerto.

Cerita-cerita perjalanan atau boleh kita katakan ekspedisi mudik itu kami munculkan dalam lima tulisan di Fokus Otomotif Media Indonesia kali ini. (Tim/S-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya