Gaung Pembuktian SUV

MI/INSAN AKBAR KRINAMUSI
30/4/2015 00:00
Gaung Pembuktian SUV
(Sumber: Data penjualan resmi Gaikindo/Grafis: EBET)
JATAH 'pemeran utama' lakon otomotif Indonesia belakangan mulai dilakoni pula oleh mobil-mobil di segmen sport utility vehicle (SUV). Pencapaian segmen SUV di pasar roda empat nasional pada tiga bulan pertama 2015 seperti ingin makin menggaungkan pembuktian eksistensi mereka.

Data resmi Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) memperlihatkan, penjualan pasar roda empat pada Januari-Maret turun 16,37% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, dari 328.554 menjadi 282.342 unit. Akan tetapi, segmen SUV secara akumulatif malah tumbuh 31,29% dari 28.291 ke 37.143 unit.

Kedua kelas di dalamnya yaitu low sebagai SUV berbanderol Rp200 jutaan dan medium dengan label harga di atas Rp300 jutaan sama-sama mencatatkan pertumbuhan positif.

Di sisi lain, MPV dan LCGC, meski masih paling favorit, turun penjualannya. Transaksi jual-beli MPV terkoreksi 31,67% dari 128.268 menuju 87.640 unit. Adapun penjualan LCGC tereduksi 5,53% hingga berjumlah 41.549 dari sebelumnya 43.981 unit.

Di segmen MPV, bukan hanya kelas upper dan medium yang melesu. Kelas low yang paling populer di jagat otomotif Nusantara pun ikut menukik turun kegiatan komersialnya.

'Prestasi' SUV tersebut memang tak terlalu terdeteksi. Ia seperti bergerak dalam senyap tanpa gaung. Benar bahwa saat ini kita akan semakin mudah menemukan SUV berseliweran di jalan. Namun, populasi MPV, terutama low MPV yang luar biasa, seakan menutup kecemerlangan SUV dalam beberapa tahun terakhir.

General Manager Pemasaran dan Penjualan Ritel PT Gadjah Tunggal Arijanto Notorahardjo mengatakan sebetulnya pertumbuhan penjualan SUV selama 2010 sampai 2014 mampu mengungguli MPV.

"Berdasarkan data Gaikindo, dalam empat tahun terakhir pertumbuhan SUV sekitar 61%, sedangkan MPV di kisaran 38%," jelasnya kepada Media Indonesia, Jumat dua pekan kemarin di Serpong, Tangerang.

Lantas, apa yang menyebabkan SUV mampu mencapai semua ini? Yang menarik, LCGC secara tidak langsung memiliki peran dalam menciptakan keadaan tersebut.

General Manager Strategi Pemasaran dan Perencanaan Produk PT Nissan Motor Indonesia Budi Nur Mukmin mengatakan kehadiran LCGC sejak 2013 menjadi salah satu distraksi bagi pasar MPV, khususnya kelas low, hingga pada akhirnya mengganggu penjualan segmen ini.

"Sementara kalau lihat segmen SUV, pasarnya lebih 'matang', tidak sesensitif pasar MPV," ujarnya.

Ditambah lagi kehadiran model-model SUV baru, baik gubahan pabrikan Eropa maupun Asia yang terus membombardir pasar. "Apalagi sekarang ada lagi model SUV ringkas," timpal Arijanto.

Sebagai informasi, SUV ringkas biasa disebut compact utility vehicle (CUV) atau crossover dan masuk kelas low SUV. "Kalau membandingkan antara 2014 dan 2010, makin banyak model SUV baru seperti misalnya All-New Nissan X-Trail. Ditambah lagi ada CUV seperti Honda HR-V pada 2015," papar Budi.

Pengaruh desain

Evolusi desain SUV juga berpengaruh pada perkembangan SUV yang lebih pesat dari MPV. Arijanto menilai desain SUV yang secara berangsur menjadi lebih urban, ringkas, bermesin makin efisien, tapi tetap menawarkan ground clearance tinggi, membuatnya makin multifungsi plus mengeruk konsumen dengan profil yang lebih bervariasi.

Kehadiran SUV berkapasitas tujuh penumpang kapasitas yang disukai masyarakat Indonesia, sambungnya Arijanto, turut 'menggoyang' konsumen MPV.

Menurut Direktur Pemasaran PT KIA Mobil Indonesia Hartanto Sukmono, kehadiran SUV tujuh penumpang sedikit-banyak menjadi opsi lain. Apalagi, konsumen saat ini makin fleksibel pada anggaran, tidak sesaklek dulu lagi pada satu segmen tertentu seperti MPV.

Agak berseberangan, Budi menganggap karakter produk dan profil konsumen MPV dan SUV tidak bisa diperbandingkan. Preferensi lebih konsumen ke SUV sekarang ini lebih merupakan tren perpindahan selera masyarakat kelas menengah dari hatchback ke SUV ringkas karena faktor-faktor seperti jalan jelek serta banjir.

Itu berbeda dengan MPV yang telah menjadi kebutuhan masyarakat Indonesia segala lapisan dan tak tergantung tren.

Jumlah SUV tujuh penumpang pun masih lebih sedikit daripada SUV lima penumpang sehingga tak berpengaruh banyak. "Trennya pabrikan pun sekarang lebih banyak mengalihkan perhatian dari hatchback ke crossover," lanjutnya.

Ke depan, Budi berpikir pertumbuhan penjualan SUV bisa jadi masih lebih cepat daripada MPV. "Tapi, secara jumlah unit tidak akan (mengejar). MPV saat ini saja 40% dari pasar, SUV cuma 10%," tandasnya. (S-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya