Simalakama Banderol Harga Baru

MI/INSAN AKBAR KRINAMUSI
16/4/2015 00:00
Simalakama Banderol Harga Baru
(ANTARA)
'BAGAI memakan buah simalakama: dimakan, ayah meninggal. Tidak dimakan, ibu meninggal'. Demikian bunyi sebuah ungkapan lawas yang menggambarkan dua pilihan serbatidak mengenakkan.

Pilihan yang sama-sama tidak mengenakkan pun sedang dialami pabrikan otomotif memasuki kuartal kedua 2015. Nilai tukar rupiah yang fluktuatif dan membubung tinggi hingga sempat di kisaran Rp13 ribu membuat ongkos produksi melonjak.

Kendati demikian, para agen tunggal pemegang merek (ATPM) roda empat mengatakan penaikan harga jual mobil merupakan langkah yang tidak terlalu menguntungkan pula akibat perlambatan pasar otomotif tahun ini.

"Struktur harga jual di pasar belumlah dengan nilai tukar saat ini. Menurut saya, (patokan nilai tukar rupiah yang dipakai) masih di Rp11.000-Rp11.500," ujar Presiden Direktur PT Nissan Motor Indonesia Stephanus Ardianto, Kamis (2/4) di Jakarta.

Ya, pasar otomotif 2015 nampaknya memang benar-benar di fase 'tiarap'. Ada kemungkinan angka penjualan 1,2 juta yang digapai pada 2014 tidak tercapai tahun ini.

Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor Rahmat Samulo mengatakan pihaknya sedang mempelajari kemungkinan itu. Salah satu indikator yang terlihat ialah pengecilan penjualan di dua bulan pertama 2015 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Stephanus menganggap penjualan 1,1 juta unit seperti pada 2012 bisa terjadi lagi. "Untuk mencapai 1,2 juta unit setahun, rata-rata butuh 100 ribu unit per bulan. Januari dan Februari kemarin sama-sama 80 ribu unit dan perkiraan saya Maret di bawah 90 ribu unit. Itu saja sudah tekor 50 ribu unit."

Terjepit di dua kondisi sulit itulah yang membuat ATPM gamang ketika ingin meresponsnya dengan menaikkan harga jual. Sebisa mungkin mereka akan menahan harga untuk menjaga tren penjualan tak makin drop. Kalaupun memang harus menaikkan, penaikannya pun tak bisa besar.

Menurut Stephanus, Nissan baru menetapkan banderol harga anyar bagi dua model low cost green car (LCGC) Datsun serta sport utility vehicle (SUV) X-Trail dengan rerata penaikan hanya 1% dari harga setiap model sebelumnya. Kebijakan itu resmi berlaku mulai 1 April.

Ia mengungkapkan keputusan menahan mayoritas harga kendaraan dilakukan karena pasar, di tiga bulan pertama 2015, mengindikasikan penyurutan penjualan. Adapun penyebab deselerasi pasar tersebut, antara lain harga komoditas yang masih buruk, juga situasi politik di era Joko Widodo-Jusuf Kalla yang masih tak terlalu anteng.

Konsumen saat ini juga menahan aktivitas pembelian karena memantau nilai tukar rupiah. "Di Indonesia, 50% (kondisi pasar) dari faktor riil, seperti harga komoditas yang sedang susah. Tapi 50% lainnya dari persepsi. Seperti nilai tukar rupiah yang diperkirakan turun lalu mereka menahan (pembelian mobil). Padahal, uangnya ada," papar Stephanus.

Evaluasi

Menurunnya nilai tukar rupiah bakal makin tidak menguntungkan bagi mobil-mobil yang diimpor (completely built up/CBU). Pengaruhnya terhadap harga sesungguhnya, menurut Stephanus, bisa mencapai 5%.

"Tapi lagi-lagi, kalau daya beli tidak di situ atau kompetisi sedang naik, kita harus ikuti (dengan harga lama)," ungkapnya.

Di samping Nissan, Mazda menjadi pabrikan selanjutnya yang telah mengumumkan penetapan harga jual baru berbagai model kendaraannya per April ini. "(Tapi) penaikannya tidak terlalu tinggi," kata Manajer Senior Pemasaran PT Mazda Motor Indonesia Astrid Ariani Widjana, Senin (30/3) di Jakarta.

Mazda memutuskan untuk mendongkrak harga di rerata 2%. Astrid mengakui dasar penaikan harga ialah masih dipasoknya mobil-mobil Mazda dari Thailand serta Jepang. Ia membenarkan nilai tukar rupiah di Rp13 ribu per dolar AS benar-benar berpengaruh secara signifikan.

Di sisi lain, sang pemimpin pasar, Toyota, menuturkan pula soal penaikan harga secara bertahap bagi model-model tertentu dengan penambahan Rp2 juta-Rp4 juta, tergantung segmennya. Kebijakan itu sudah dimulai sejak Januari.

"Tiap bulan kita evaluasi, baru kita putuskan. Biasanya untuk satu-dua model kendaraan saja, enggak semua naik harga. Kita lihat model-model mana yang bisa kita naikkan sedikit, mana yang ditahan. Selama masih bisa kita tahan, kita akan tahan," ucap Rahmat Samulo, belum lama ini. Sayangnya, Rahmat tidak membeberkan model-model kendaraan mana saja yang telah mengalami penyesuaian harga.

"Terus terang, sekarang sedang tunggu-menunggu. Biasanya yang harus mulai, ya, pemimpin pasarnya. Kalau saya bilang, mungkin semua menunggu pemimpin pasarnya," jelas Stephanus.

Akan tetapi, ia meramalkan jika nilai tukar rupiah masih fluktuatif dan kerap berkutat di level Rp13 ribu per dolar AS, mau tidak mau pabrikan akan ramai-ramai menaikkan banderol pada dua hingga tiga bulan mendatang. (S-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya