Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
LAKE Havasu (AS). Pejetski Indonesia Aero Aswar kembali mencatatkan prestasi gemilang di kancah jetski dunia. Ia masuk tiga Besar World Finals 2015 di Lake Havasu, Arizona, Amerika Serikat, yang merupakan kejuaraan dunia bagi para pembalap jetski profesional, Minggu (11/10) atau Senin (12/10) waktu Indonesia.
Aero Aswar sukses menembus tiga Besar di dua nomor bergengsi, Pro Runabout Open (PRO) dan Pro-Am Runabout Stock (PRS). Putra Indonesia berusia 20 tahun itu hanya kalah dari Gyorgy Kasza (Hungaria) dan James Bushell (Inggris). Dikelas PRS, ia kalah dari Brian Baldwin (AS) dan Abdullah Alfadhel (Kuwait). Saat berlaga di kelas PRS ia sempat ditabrak pejetski lain namun Aero berhasil mencapai finish podium.
Dibandingkan kompetisi 2014 di mana ia yang menjadi juara dunia, ini merupakan penurunan prestasi, namun tetap membanggakan mengingat kondisi fisik Aero yang harus jalani operasi penyembuhan cidera akut di lutut kanan pada akhir 2014. Dengan kondisi belum pulih 100%, target Aero hanyalah mempertahankan kibaran Merah Putih di podium kejuaraan dunia tersebut sebagaimana hasil tahun lalu.
"Alhamdulillah nama Indonesia tetap berada di podium meski tidak menjadi juara dunia. Kompetisi tahun ini terasa jauh lebih ketat, para pesaing sangat cepat. Padahal kecepatan saya lebih bagus dibandingkan tahun lalu di kelas Pro-Am Runabout Stock," ujar Aero.
Seiring membaiknya bekas operasi di lutut kanannya, pebalap pabrikan tim Yamaha yang disokong Bank BNI itu kini membidik gelar bergengsi di kancah dunia lainnya di akhir tahun ini.
Adik kandung Aero, Aqsa Aswar (17), juga sukses menaikkan peringkat di kelas Pro-Am Runabout Stock. Ia finis di urutan ke-7 atau naik satu peringkat dibandingkan musim 2014. Jika tak terkendala kerusakan ECU (Electronic Control Unit) pada mesin jetskinya, Aqsa berpotensi sangat besar naik podium. Ia finis tercepat di sesi Moto1, namun di Moto2 terhalang oleh kerusakan pada pacuannya sehingga harus puas finis di posisi 7 overall.
"Tentu ada rasa kecewa karena kegagalan diakibatkan oleh faktor mesin. Tadinya podium seperti sudah di depan mata. Saya ambil positifnya saja bahwa secara keseluruhan sudah lebih kompetitif dibandingkan tahun lalu. Ada progres, hanya saja belum disertai nasib yang lebih baik," tutur Aqsa.
Tahun lalu dua bersaudara itu berada di level atas jetski profesional dunia berkat reputasi di berbagai event internasional, terutama serial balap US National Tour, sayangnya tidak berhasil dipertahankan di tahun ini akibat cedera. Namun, mengingat usia keduanya yang relatif muda, maka harapan jauh ke depan masih terbentang.
"Perkembangan signifikan yang saya cermati adalah mentalitas bertanding mereka berikut idealismenya mengibarkan Merah Putih, makin tinggi. Buat saya itu sangat penting karena skill balapan dan semua aspeknya bisa dipelajari dari banyak sumber. Tapi, untuk dua hal tadi, semuanya harus bangkit dari diri sendiri," komentar Fully Sutan Aswar, manajer sekaligus pelatih dan ayah Aero dan Aqsa. (RO/CDX)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved