Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
BARANGKALI, jika ada perhatian yang sering luput saat memotret Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), itu adalah tentang pentingnya melakukan kaderisasi dan membangun iklim diskusi yang menopang bagi lahirnya pemikir-pemikir muslim dari rahim Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.
Padahal, isu ini termasuk penting untuk dibahas dan dikaji di forum seperti Muktamar. Sebab yang kita inginkan dari Muktamar bukan hanya sekadar pergantian roda kepemimpinan, tetapi juga perumusan dan pemajuan gerak IMM agar terus menjadi organisasi yang relevan dengan tantangan masa depan.
Isu ini, perlahan tapi pasti, mulai digerus oleh isu-isu krusial seperti digitalisasi, politik, ekonomi dan sebagainya. Kita tentu tak menyebut isu-isu itu tak penting. Akan tetapi, langkah yang tepat untuk diambil ialah, tetap mengejar isu-isu aktual sembari tetap mengerjakan pekerjaan rumah, yakni memproduksi pemikir-pemikir muslim yang punya visi keislaman dan kebangsaan yang berkemajuan.
Pekerjaan ini menjadi kelihatan semakin penting dengan melihat animo masyarakat, khususnya anak muda, dalam belajar agama. Kita tak boleh menutup mata atas gerakan-gerakan keagamaan yang hari ini berkembang dan dominan di kalangan anak muda, yang kebanyakan adalah berhaluan konservatif. Kader-kader IMM harus ambil peran dalam membendung dan mengimbangi gerakan-gerakan tersebut. Dan salah satu modalnya, adalah memiliki basis pengetahuan keislaman yang mumpuni dan memadai.
Baca juga : Lima Poin Pernyataan PP Muhammadiyah terkait Pemilu 2024
Dalam satu kesempatan di momen milad Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Haedar Nashir (Ketua Umum PP Muhammadiyah), pernah dengan bangga menyebut IMM sebagai corong intelektual Muhammadiyah. Sebab di organisasi inilah, para kader akan ditempa dengan diskusi-diskusi dan tukar tambah gagasan serta bacaan yang umumnya menjadi tradisi mahasiswa.
Harapan dan kebanggaan itu seyogianya harus disambut dengan baik, yang di antaranya selain melahirkan pemikir-pemikir yang punya visi kebangsaan dan kenegaraan yang kokoh, juga harus paham hal-ihwal keislaman. Sebab IMM tak boleh lupa dengan jati dirinya sebagai organisasi mahasiswa yang berbasis dan berasas Islam.
Ahmad Fuad Fanani, cendekiawan muda Muhammadiyah, pernah menyampaikan kegusaran dan kritiknya tentang melunturnya diskursus keislaman di IMM. Salah satu yang disorot Fanani ialah, tentang seberapa akrab kader-kader IMM dengan wacana-wacana keislaman yang berkembang di dunia Islam? Apakah kader IMM masih akrab dengan nama-nama raksasa pemikir Islam seperti Fazlur Rahman, Hassan Hanafi, Arkoun dan pemikir lainnya?
Baca juga : Haedar Nashir Ajak Semua Pihak Menghormati Pilihan Rakyat
Sebagai calon pemikir, lebih-lebih pemikir Islam, kader IMM harusnya akrab dengan bacaan-bacaan tokoh semacam itu. Sebab, bacaan-bacaan itu merupakan piranti dan perangkat yang cukup memadai untuk memotret wacana keagamaan yang sedang berkembang dan sejalan dengan visi Islam berkemajuan yang dikembangkan oleh Muhammadiyah.
Untuk mewujudkan cita-cita melahirkan pemikir muslim, tentu kita akan dihadapkan pada satu pertanyaan perting, yakni memulai dari mana? Mengingat wacana dan diskursus keislaman merupakan hutan belantara yang sangat luas. Karena itu, sebagaimana diajarkan para sarjana Islam, kita mesti mendahulukan metodologi (perangkat berpikir) daripada materi (al-thariqatu ahammu minal maddah).
Mengakrabkan kader IMM dengan wacana-wacana keislaman yang bersifat metodologis, atau dapat menjadi pisau analisis adalah bagian tak terelakkan untuk menopang lahirnya pemikir-pemikir muslim. Dari yang paling dasar, kita bisa mengenalkan kader-kader IMM tentang ilmu mantik (logika), pengantar filsafat dan filsafat ilmu. Mengakrabkan diri pada tiga sub-ilmu ini adalah keniscayaan. Sebab, melalui perangkat-perangkat inilah, kader IMM dapat dilatih dan menemukan panduan berpikir logis, kritis dan analitis.
Baca juga : Masa Tenang Jelang Pemilu, BEM PTMA-I Zona 3 Serukan Junjung Prinsip Demokrasi Bersih dan Berkeadilan
Sedangkan untuk tahap lebih lanjut, agar lebih mematangkan pemahaman pada wacana keislaman, kader IMM bisa mulai berkenalan dan mendaras buku-buku keislaman, yang disusun oleh pemikir-pemikir keislaman kontemporer seperti Fazlur Rahman dan teori double movement-nya, Khaled Abou El-Fadl dan hermeneutika negosiatifnya, Amina Wadud dan teori penafsiran ramah gendernya, Abdullah Ahmed an-Naim dan gagasan relasi agama dan negaranya, Abid al-Jabiri dan kritik nalar Arabnya, serta Hassan Hanafi dan hermeneutika pembebasannya.
Pemikiran tokoh-tokoh itu penting untuk didaras di IMM. Sebab, isu-isu keagamaan yang hari ini berkembang tidak jauh berbeda dari apa yang pernah mereka sampaikan. Dari Rahman kader IMM belajar memahami makna teks agama (Al-Quran dan sunnah) secara kontekstual, dari El-Fadl kader IMM belajar memahami agama secara otoritatif, dari Wadud kader IMM belajar mendekati Al-Quran dengan penafsiran yang ramah perempuan, dan dari al-Jabiri kader IMM belajar, bahwa ada unsur lokalitas dalam pemahaman keagamaan yang hari ini berkembang.
Pendahulu-pendahulu kita telah melakukan dan melewati bacaan-bacaan semacam itu. Pemikir-pemikir muslim seperti Sukidi, Ahmad Najib Burhani, Andar Nubowo, Zakiyuddin Baidhawy dan Pradana Boy, adalah sekian dari contoh jebolan IMM yang sebelumnya telah ditempa dan digodok dengan wacana keislaman yang bersifat metodologis.
Dengan rasa gusar bercampur harap, kita tentu berharap agar IMM tidak berhenti dalam memproduksi dan melahirkan kader-kader pemikir muslim. Selain karena jati diri kita sebagai organisasi mahasiswa Islam, kita juga mempunyai beban moral dan sejarah untuk terus menghadirkan nilai-nilai agama yang berkemajuan dalam berwarnai arah serta pembangunan bangsa ke depan.
KALANGAN mahasiswa yang diwakili oleh beberapa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) mendeklarasikan penolakan aktivitas judi daring atau online karena dianggap merugikan masyarakat.
RATUSAN mahasiswa IAIN Kudus, Jawa Tengah, Kamis sore (1/8), lakukan aksi demo menuntut transparansi penentuan grade serta kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) bagi mahasiswa.
Campuran ekstrak rosella dan bekatul beras hitam dapat menurunkan kadar kolesterol hingga 68,39±0,26 persen.
Sebanyak 60% lulusan bekerja sesuai dengan profesi mereka di bidang arsitektur dan 25% mampu membuka bidang usaha secara mandiri di bidang arsitektur.
MAHASISWA Marketing Communication dari Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR dengan bangga mengumumkan penyelenggaraan BhoomeEco, acara inspiratif yang mengangkat tema Food Waste.
Kemendikbud-Ristek menegaskan bahwa program-program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) untuk semester genap tahun akademik 2024/2025 tetap berjalan.
Meskipun telah banyak inisiatif gerakan, masyarakat Muslim di Indonesia secara umum masih banyak yang tidak tahu, tidak setuju semangat Green Islam.
Dengan berkurban, umat Islam dapat memperkuat komitmennya dalam menjalankan ajaran agama dengan penuh keikhlasan dan kontribusi nyata terhadap masyarakat.
Esensi Idul Adha tidak hanya terletak pada penyembelihan hewan kurban, tetapi juga pada nilai ketulusan dan ketakwaan yang mendasari tindakan tersebut.
PT Pos Indonesia (PosIND) bersama Treetan meluncurkan PosPay untuk menjawab kebutuhan umat Islam akan ibadah umrah dan wisata halal.
Gelaran bertajuk Pesta UMKM Muslim itu menghadirkan sebanyak 80 brands dengan 105 booth dari beragam kategori bisnis.
Kantor Pariwisata Pemerintah Macao (Macao Government Tourism Office/MGTO) akan menyelenggarakan acara promosi wisata berskala besar tepatnya pada 9 Mei-12 Mei 2024.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved