Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
ADA yang menarik dari persiapan teman-teman guru Sekolah Sukma Bangsa (SSB) peserta Commission Master Degree Program dari Tampere University, Finland, dalam mempersiapkan penulisan tesis mereka. Topik dan tema yang diajukan kebanyakan berdasarkan best practice yang telah mereka lakukan dalam 10 tahun terakhir mengajar.
Rata-rata pemahaman mereka terhadap substansi relatif baik, tetapi kekayaan dan ketajaman analisis terhadap data masih perlu dikembangkan lagi. Beberapa topik bahasan sebenarnya mengacu pada pola evaluasi yang selama ini dilakukan dalam proses belajar-mengajar di kelas. Namun, pemahaman terhadap bentuk dan karakter evaluasi masih minim karena terbatasnya wawasan para guru tentang bacaan.
Ketika Finlandia University menawarkan mata kuliah filsafat riset (the philosophy of research), banyak guru yang kaget karena sesungguhnya menjadi guru seharusnya juga periset yang ulung.
Karena itu, penguasaan metodologi dan strategi belajar harus di-update setiap saat, termasuk melakukan evaluasi kinerja dan mengenali karakter asesmen yang mereka implementasikan dalam proses belajar-mengajar sehari-hari.
Sebagai salah satu siklus manajerial, melakukan pengendalian dan evaluasi sesungguhnya sedang melakukan praktik meneliti terhadap apa yang guru kerjakan.
Proses memantau kemajuan dan atau perkembangan yang telah dicapai atas hasil proses belajar-mengajar dimaksudkan untuk mengetahui kemajuan, perubahan, kendala, dan dukungan yang diperoleh dari sebuah proses belajar-mengajar, yang tujuannya ialah untuk memastikan bahwa proses transfer pengetahuan dan keterampilan berjalan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Sebagai sebuah proses meneliti, evaluasi pembelajaran harus dilakukan bukan hanya untuk membuktikan (to prove) apakah proses belajar-mengajar berlangsung dengan efektif dan mencapai sasaran, melainkan juga untuk melakukan perbaikan (to improve) berdasarkan temuan selama proses belajar-mengajar berlangsung.
Dengan demikian, menjadi sangat jelas bahwa sekurang-kurangnya pengajar dapat membuat revisi rencana pembelajaran dalam seluruh model eksemplar kurikulum laporan dengan antara lain mempertimbangkan aspek (1) tingkat kesenjangan antara tujuan pembelajaran (objectives) dengan program implementasi pengajaran (learning experiences), dan (2) saran-saran perbaikan bagi rencana program pengembangan selanjutnya.
Karakter assessment
Inovasi model pembelajaran yang berkembang sangat pesat dalam dua dekade membuat evaluasi dianggap kurang cukup mampu memberikan bukti bahwa sebuah proses pembelajaran memuaskan para stakeholder di bidang pendidikan.
Sasaran evaluasi kebanyakan hanya untuk kepentingan dua pihak, yakni biasanya siswa dengan guru. Evaluasi tak merekam bagaimana tingkat kepuasan yang dirasakan di luar mereka, seperti orang tua, lembaga pendidikan, dan masyarakat.
Karena itu kemudian, para ahli pendidikan menilai bahwa sebuah proses belajar-mengajar harus diperluas basis evaluasinya dan bersepakat menggunakan istilah assessment for learning.
Di banyak negara, assessment sangat berpengaruh terhadap apa yang diajarkan guru di kelas, bagaimana cara mengajarkannya, dan berapa lama waktu dibutuhkan dalam suatu bahasan topik, serta kegiatan apa yang harus dilakukan dalam keseharian mahasiswa ketika mengikuti proses belajar-mengajar di sekolah.
Dalam sebuah proses assessment, murid bukan hanya diinginkan sekadar duduk manis mendengarkan ceramah, melainkan juga guru berkepentingan untuk membuat siswanya senang dengan model instructional strategies yang digunakan sehingga mereka menjadi lebih fokus dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran.
Artinya, assessment merupakan media yang sangat andal dan kuat untuk mengatakan kepada siswa, orang tua mereka, lembaga, dan masyarakat secara luas tentang apa yang guru pedulikan tentang pendidikan.
John Saphier (2003) memberikan ilustrasi menarik soal asesmen ini dengan kalimat, "assessment is the strongest medium there is for telling students, parents, school, campus, and the community what teachers care about in education." Ada dua alasan mengapa cakupan assessment menjadi lebih luas dan longgar bagi guru untuk meningkatkan kreativitas dalam proses belajar-mengajar.
Pertama, assessment menggunakan banyak media dan pendekatan dalam perkuliahan. Contohnya, pendekatan authentic assessment yang sangat populer dan harus sering digunakan para guru dalam mengajar.
Authentic assessment bertujuan memberikan penilaian dengan cara meminta para siswa untuk melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan dengan dunia nyata sebagai aplikasi dari pengetahuan dan kecakapan yang mereka kuasai.
Kedua, assessment memungkinkan seorang guru menggunakan lebih banyak model of instructional strategies dalam kegiatan belajar-mengajar, seperti menggunakan portofolio, curriculum revision checklist, rubric, jurnal, field visit, dan exhibition.
Dengan dasar dua kelebihan tersebut, assessment merupakan bagian yang sangat strategis dalam siklus manajemen kurikulum karena menurut survey assessment berpengaruh hingga 74% terhadap capaian pendekatan dalam belajar-mengajar.
Sebuah assessment berkarakter biasanya merupakan siklus yang tidak bisa dipisahkan antara yang satu dan lainnya. Karena itu, beberapa karakter assessment yang baik seperti (1) berbasis tujuan pembelajaran yang signifikan dan terukur; (2) menyediakan kriteria keberhasilan dengan model yang disepakati bersama; (3) memberikan penugasan yang menggunakan pendekatan berbasis pengalaman aktual.
Selanjutnya, (4) melibatkan siswa secara intensif dalam melakukan self-assessment, kritik yang terbuka dan merumuskan tujuan pembelajaran; (5) menggunakan beragam pengertian dalam mengumpulkan data; dan (6) memiliki catatan yang lengkap, terstruktur dan diketahui bersama; serta (7) menggunakan sistem pelaporan yang informative dan terjadwal. Karena itu, penting bagi para guru untuk mendiskusikan tujuh karakteristik assessment tersebut dalam sebuah tim.
Dua pertanyaan di bawah ini dapat dijadikan pintu masuk untuk mengkritisi 7 karakter tersebut, yaitu (1) Apakah Anda pernah melakukan proses pembelajaran berbasis team-teaching, yakni tim saling membagi tanggung jawab baik dalam hal content maupun jumlah siswa? Mungkinkah ini dilakukan di sekolah Anda?, dan (2) Pernahkah Anda menggunakan hasil assessment untuk melihat atau mengevaluasi kurikulum, strategi, dan metodologi pembelajaran yang digunakan dan pengaruhnya terhadap motivasi siswa? Bagaimana sebaiknya menurut Anda hal ini dilakukan di masa depan?
Dengan mendiskusikan kedua pertanyaan tersebut, Anda dan teman lainnya sesungguhnya sedang terlibat untuk mempertimbangkan bentuk assessment apa yang ingin diterapkan dalam kelas Anda dan lebih jauh dari itu, Anda sesungguhnya sedang berupaya untuk meningkatkan citra, reputasi, dan kualitas Anda sebagai guru sekaligus peneliti.
Selamat mencoba.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved