WIEF dan Tantangan Industri Keuangan Syariah

Banu Muhammad Haidir Kepala Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (PEBS FEB-UI)
03/8/2016 00:10
WIEF dan Tantangan Industri Keuangan Syariah
(Ilustrasi)

INDONESIA menjadi tuan rumah World Islamic Economic Forum (WIEF) ke-12 di Jakarta, 2-4 Agustus 2016. Forum penting ini dihadiri 2.500 delegasi dari 69 negara, 152 tamu penting yang termasuk 7 kepala negara. Ada banyak harapan dari dunia Islam pada ajang akbar ini. Bila melihat dari pertumbuhannya, industri keuangan syariah di negara-negara Islam berkembang dengan pesat dalam dua dekade terakhir. Pasar keuangan modern juga semakin terbuka terhadap keuangan syariah di banyak wilayah. Data di IDB menyebutkan, tingkat pertumbuhan aset keuangan syariah di level global mencapai 17%. Total aset keuangan syariah global diperkirakan mencapai US$1.658 triliun, dengan US$1.214 triliun-nya merupakan bagian dari aset perbankan syariah.

Sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia terus menunjukkan perkembangan keuangan syariah yang menjanjikan. Saat ini, Indonesia merupakan negara yang terdepan dalam hal pertumbuhan industri perbankan syariah dengan pertumbuhan aset yang mencapai 40% atau dua kali lipat lebih banyak daripada pertumbuhan dunia. Bahkan, industri keuangan syariah di Indonesia dianggap sebagai salah satu industri keuangan syariah yang paling komprehensif dalam hal infrastruktur kelembagaan karena terdapat 12 bank syariah, 22 islamic windows, 161 BPR syariah, 13 juta rekening, dan hampir 3.000 kantor jaringan. Bukan hanya di perbankan, dalam bidang pasar modal, instrumen keuangan syariah, seperti sukuk, telah berhasil membiayai sejumlah proyek prospektif, baik di pasar domestik maupun global. Jumlah sukuk yang outstanding mencapai hampir US$38,7 milliar pada 2015, dengan sukuk korporasi sebesar US$730 juta dan sukuk pemerintah sebesar US$38 miliar. Di Bursa Efek Indonesia, saat ini ada sekitar 330 saham yang menjadi bagian dari indeks saham syariah di Indonesia dengan kapitalisasi pasar sebesar US$359 miliar. Reksa dana syariah juga berkembang secara signifikan dengan nilai sekitar Rp20 triliun dana kelolaan. Selain itu, keuangan syariah juga tumbuh di industri keuangan nonperbankan seperti pembiayaan dan asuransi syariah.

Kinerja perbankan
Namun demikian, setelah mengalami pertumbuhan yang relatif tinggi selama hampir dua dekade, Indonesia sekarang mengalami tingkat pertumbuhan yang melambat karena banyak faktor, di antaranya ialah menurunnya harga komoditas dunia dan melambatnya perekonomian Tiongkok. Penurunan harga komoditas dan perlambatan ekonomi domestik sedikit banyak memengaruhi kinerja perbankan syariah. Akibatnya, pertumbuhan kredit perbankan syariah nasional relatif melambat, sehingga kontribusi dari total keuangan syariah terhadap sektor keuangan masih di bawah 5%.

Lebih jauh lagi, jika bicara ekonomi syariah tak lepas dari pembahasan tentang industri halal (baju muslim, hijab, makanan, obat, kosmetik, dll). Di Indonesia, menguatkan pasar yang sudah ada, maraknya bisnis daring berimbas positif pada peningkatan permintaan produk halal. Namun demikian, peluang ini sesungguhnya belum ditangkap dengan sangat optimal. Padahal potensi dunia untuk halal food and lifestyle (menurut data dari Global Islamic Economic Summit di Dubai 2015), mencapai US$3,7 triliun.
Jika bicara halal tourism, dengan potensi alam yang luar biasa, walau Lombok sudah terpilih sebagai destinasi wisata muslim terbaik, Indonesia masih belum optimal mengambil total belanja wisata kaum muslimin di dunia yang mencapai US$140 miliar pada 2015. Belum lagi potensi bisnis haji dan umroh yang jemaahnya terus bertambah setiap tahun.

Tantangan ke depan
Secara global, jumlah penduduk bumi yang beragama Islam diperkirakan mencapai 2,76 miliar jiwa pada 2050. Manusia sebanyak itu tentunya memberikan tantangan sekaligus peluang. Di tengah karut-marutnya sebagian dunia Islam dan stigma teroris, ekonomi, dan keuangan syariah terus menunjukkan pertumbuhan luar biasa. Ke depan diyakini tidak akan melemah bahkan akan terus tumbuh. Optimisme ini disampaikan pada sambutan Presiden Jokowi pada sambutan pembukaan WIEF. Pada forum tersebut, Jokowi menyampaikan bahwa kesejahteraan kaum muslimin akan meningkat dengan meningkatnya peran industri keuangan syariah. Semangat dunia dalam merespons itu juga ditunjukkan bukan saja oleh negara muslim, melainkan juga beberapa negara pusat keuangan dunia seperti Inggris yang tahun lalu menerbitkan sukuk dalam nilai yang sangat besar, juga Singapura dan Amerika Serikat.

Di Indonesia, tantangan dan peluang juga hadir di depan mata. Pemerintah menunjukkan komitmen yang serius untuk menghadapi tantangan tersebut. Saat ini pemerintah sedang terus menyiapkan Komite Nasional Keuangan Syariah yang nantinya akan dipimpin Wakil Presiden dan mengoordinasi semua lembaga terkait dengan industri keuangan syariah meliputi OJK, BI, Bappenas, Kementerian Keuangan, Kementerian Agama, Baznas, Badan Wakaf Indonesia (BWI), dan juga pemerintah daerah. Reshuffle kabinet yang memindahkan Bambang PS Brojonegoro (yang juga merupakan Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam) dari Kemenkeu ke Bappenas bisa berdampak baik, karena KNKS ada di bawah kendali Bappenas dalam pelaksanaannya. Berfungsinya KNKS menjadi harapan baru bagi lebih terkoordinasinya kerja-kerja penguatan industri keuangan syariah di Indonesia, sehingga jangkauan dan variasi layanan meningkat.

Pada 2014, OJK telah menyusun roadmap keuangan syariah 2015-2019 untuk sektor perbankan syariah, sektor pasar modal, dan sektor lembaga keuangan non-bank. Roadmap ini mengatur langkah-langkah strategis yang akan diambil dalam industri jasa keuangan syariah untuk membangun sebuah sistem yang sehat dan efisien dalam jangka menengah panjang. Harapannya, kontribusi keuangan syariah terhadap total secara nasional bisa segera melebihi angka 5% dalam waktu dekat ini.
Di Indonesia juga sudah diundangkan UU Jaminan Produk Halal yang memberikan sinyal keseriusan Indonesia menjadi pemain aktif dalam global supply chain produk halal. Bahkan sekarang sudah berdiri Jakarta International Halal Hub. BPPOM juga menunjukkan keseriusannya menjadi bagian dari berkembangnya industri halal.
Berdirinya banyak hotel syariah di Lombok, Bandung, Yogyakarta, dan beberapa kota tujuan wisata lainnya juga bagian dari ikhtiar industri pariwisata Indonesia mengambil bagian dari halal tourism yang sudah makin marak di dunia. Akhirnya, kita berharap kegiatan WIEF yang dilaksanakan di Jakarta ini, bisa mendorong kemajuan industri keuangan syariah di Indonesia dan banyak negara muslim lainnya. Hal itu sesuai dengan tagline ajang akbar ini Decentralising growth, empowering future business.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya