Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
SEBAGAIMANA orang Yogya, suka mendengungkan 'dari Yogya untuk Indonesia', yaitu nilai-nilai toleransi dalam keberagaman dan kebinekaan, kini tibalah saatnya orang Papua mendengungkan: 'dari Papua untuk Nusantara'.
Semboyan dari Yogya itu populer sekitar 10 tahun yang lalu. Jika dilacak, semboyan ini bermuasal pada sejarah panjang kontribusi Yogyakarta, keraton dan rakyatnya, terhadap perjuangan kemerdekaan dan pergerakan nasional Indonesia (Kurniawan, Widijanto dan Khoiri, 2013 di Kompas.com). Kota Yogyakarta, juga meneguhkan diri sebagai 'Kota Toleran' pada tahun 2003. Susabun dalam tulisannya di Kumparan.com, menyebut 'Dari Yogyakarta, niscaya kita bisa membangun Indonesia yang toleran terhadap pluralisme identitas'.
Itu yang dari Yogya. Bagaimana dengan yang dari Papua? Mungkinkah saat ini 'ada inspirasi yang penting datang dari Papua untuk Indonesia?'. Padahal, rasanya sarat stigma buruk tentang Papua. Tampaknya, di alam pikiran publik Papua identik dengan wilayah tertinggal, kemiskinan, konflik dan kekerasan. Juga, sejarah Papua adalah sejarah penyatuan dan perlakuan yang berbeda, penaklukan alam dan masyarakat adatnya.
Oleh karena itu, pantas bila pada umumnya, kita tidak bisa membayangkan adanya sebuah sumbangan inspirasi penting dari Papua. Tetapi, ada dan kini adalah saatnya. Noken adalah sumbangan dari Papua untuk Nusantara. Sumbangan ini sangat penting, berharga, dan relevan dengan tantangan akhir-akhir ini di seluruh Nusantara.
Bagi Indonesia, bahkan dunia zaman sekarang, sumbangan ini akan lebih berharga dan diperlukan dibanding sumbangan lain, berupa benda-benda yang nampak, dan bisa dihitung dari Papua selama ini. Noken ini, lebih berharga daripada emas, dan tembaga di Pegunungan Jayawijaya. Lebih berharga, dari hutan-hutan dengan berbagai sumberdaya dan fungsi penjaga iklim dunia. Bahkan, juga akan lebih berharga daripada misalnya beras, dan bahan pangan kalau rencana food estate jadi dibuat dan berhasil di Papua.
Baca juga: Dunia Islam dan Uighur
Bencana pandemi covid-19, krisis sosial-politik-ekonomi, dan perubahan iklim sedang melanda Indonesia dan dunia saat ini. Berbagai krisis zaman tersebut, hanya bisa diatasi dengan tindakan serentak dan kolektif, dengan kerja sama seluruh warga dan bangsa.
Sangat nyata, bahwa untuk menekan penularan covid-19 dan memunculkan herd community, setiap dan semua orang harus memakai masker, menjaga jarak, melakukan isolasi dan pembatasan gerak, dan sebagian besar dari total populasi harus sama-sama bersedia divaksinasi. Bukan sebaliknya, seperti yang kini terjadi dimana justru orang-orang dan negara-negara bergerak sendiri-sendiri, adu kuat dalam persaingan dan perebutan akses serta stok vaksin.
Zaman ini, juga ditandai munculnya ke permukaan rasisme, fasisme, otorianisme yang ditandai dengan konflik, kekerasan, diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit, agama, dan perbedaan kemampuan (difabilitas), dan penguasaan paksa atas sumberdaya.
Sementara itu, menangani krisis iklim global mensyaratkan setiap warga dan bangsa bersepakat, dan melakukan peran masing-masing, untuk menekan emisi gas rumah kaca, serta membangun sistem kehidupan baru yang rendah karbon dan ramah terhadap alam.
Untuk berbagai krisis nasional dan global itulah, sumbangan dari Papua kini ditawarkan, yaitu noken dengan filosofinya.
Noken yang khas Papua ini, diakui sebagai warisan dunia sejak tahun 2012. Dunia mengakui bahwa 'selain dari fungsi sehari-hari, noken memiliki fungsi sosial, budaya dan ekonomi. Noken adalah identitas sosial komunitas adat di Papua, Noken menyatukan komunitas-komunitas adat di Papua'.
Sebagai produk kerajinan tangan, noken berbentuk jaring rajutan atau tas anyaman terbuat dari serat kayu atau daun. Laki-laki dan perempuan menggunakannya untuk membawa berbagai barang, termasuk umbi-umbian, hewan piaraan atau buruan, kayu bakar. Selain itu, untuk berbelanja dan menyimpan barang-barang di rumah, bahkan, juga untuk membawa bayi atau anak yang masih kecil.
Namun, noken bukan hanya tas anyaman untuk berbagai guna, akan tetapi juga filosofi. Filosofi noken itu, secara singkat adalah kasih kerahiman, rajutan solidaritas, kekuatan dalam kelenturan, keberdayagunaan, keterbukaan, dan pemelihara ruang kehidupan.
Bentuk, fungsi, dan filosofi noken, adalah serupa rahim yang penuh kasih, memelihara, melindungi, dan memberi nutrisi, gizi dan cinta, merajut hubungan dan solidaritas, melahirkan serta merawat kehidupan.
Dengan simpul hidup pada setiap titik pertemuan utasnya, kualitas utama noken adalah kelenturan. Tetapi, justru itulah sebab noken menjadi kuat.
Noken yang transparan menunjukkan keterbukaan, kejujuran, penerimaan, pengetahuan dan pembelajaran. Noken adalah kekayaan, jati diri, dan pemelihara ruang kehidupan itu sendiri.
Filosofi noken itulah sumbangan Papua. Kini saatnya Indonesia membuka diri dan menerima sumbangan paling berharga itu. Bulan ini menjadi momentum memberi dan menerima, karena masyarakat adat di Papua dan seluruh masyarakat adat Nusantara merayakan Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara, 17 Maret 2021, dengan noken sebagai sumbangannya untuk Indonesia dan dunia.
Filosofi noken itulah, yang saat ini paling diperlukan untuk hadir di Indonesia, bahkan dunia, yang sedang mengalami pandemi, perubahan iklim, terkoyak-koyak oleh polarisasi atas nama agama, ras, kelas, dan kepentingan politik, ekonomi.
Inilah zaman, dimana Indonesia, bahkan dunia, perlu meletakkan filosofi noken, supaya mendasari berbagai upaya, kebijakan dan tindakan sehari-hari, untuk keluar dari multi-krisis dan kembali utuh dalam membangun kehidupan.
Sebagaimana ajakan dari Yogya untuk toleransi dalam keberagaman, Papua hari ini mengajak keluarga besar bernama Indonesia untuk melakukan gerakan menoken, yang dalam kerahiman yang lentur. Sekaligus kuat, dengan keterbukaan, merajut solidaritas, dan memelihara kehidupan.
Generasi muda harus berani menjadi diri mereka sendiri dan bersinar dengan cara masing-masing karena kita semuanya berharga.
Misi utamanya, pendidikan vokasi harus berkontribusi terkait perkembangan ekonomi di daerah.
Yogyakarta dan Solo punya historis yang cukup panjang dalam perjalanan sepak bola di Indonesia.
Workshop ini digelar untuk membangun pemahaman masyarakat terkait pengelolaan keuangan secara bijak dalam keseharian.
Yogyakarta jadi lokasi turnamen karena dianggap sebagai barometer sepak bola putri di Tanah Air.
PP Muhammadiyah mengadakan konsolidasi nasional di kampus Universitas 'Aisyiyah. Acara ini membahas berbagai topik penting, termasuk izin pengelolaan tambang.
Penyelenggaraan Upacara Bendera HUT ke-79 Kemerdekaan RI mendatang di Nusantara akan menjadi momentum penting.
Sebanyak 100 peserta dari Hipapi Indonesia dari seluruh Indonesia diberikan edukasi tentang adat dan budaya pernikahan, khususnya di Jawa.
Alila Solo kembali menghadirkan acara kuliner istimewa bertajuk “Sate Nusantara Festival” yang akan berlangsung di Epice Restaurant.
Kolaborasi ini tidak hanya bertujuan meningkatkan nilai estetika produk, tetapi juga membantu seniman lokal untuk lebih dikenal.
Indonesia, dengan kekayaan budaya dan alamnya, menawarkan berbagai kuliner lezat, termasuk minuman tradisional yang menggugah selera.
Pembangunan IKN Nusantara bisa dijadikan momentum revitalisasi gerakan koperasi. Ratusan ribu ASN terpelajar ini bisa didorong membentuk ribuan Koperasi ASN.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved