Saatnya Teknologi Menjadi Prime Mover Ketahanan Bangsa

Agus Susarso Tenaga Profesional Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Lemhannas RI
25/2/2016 05:36
Saatnya Teknologi Menjadi Prime Mover Ketahanan Bangsa
(Antara)

BANYAK pihak mempertanyakan di mana peran teknologi yang dimiliki Indonesia saat ini? Pertanyaan yang wajar karena berbagai negara maju saling adu kecanggihan dan berpacu dalam inovasi. Teknologi begitu cepatnya obsolete. Ketika temuan terbaru datang, temuan yang sebelumnya menjadi usang. Negara yang mampu memberdayakan dan mengembangkan teknologi dengan tepat telah membuktikan teknologi mampu mengangkat harkat dan martabat bangsanya. Secara kasatmata, hal ini dapat dilihat dari fakta bahwa dalam hitungan beberapa tahun ada negara yang mampu melakukan loncatan signifikan dengan ciri khusus. Thailand dikagumi dengan produk buahnya yang prima dari sisi kualitas dan rasanya. Korea Selatan dengan berbagai produk elektronika. Tidak dapat dimungkiri, Singapura sebagai negara kecil tanpa anugerah sumber daya alam ternyata mampu mendikte negara lain dengan kemampuan teknologinya.

Semboyan Singapura 'tidak boleh kalah, tidak boleh lengah', merupakan semboyan yang sangat jitu dan mampu memotivasi semangat negara pulau ini. Institusi, ristek, dan inovasi Pentingnya teknologi bagi kemajuan suatu bangsa tidak perlu diragukan. Indonesia punya Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi ataupun Dewan Riset Nasional. Badan penelitian dan pengembangan dapat dijumpai di hampir setiap kementerian.
Sementara itu, di sebagian besar perguruan tinggi negeri maupun swasta dipastikan memiliki fakultas teknik berbasis teknologi.
Ribuan penelitian mahasiswa dalam bentuk skripsi, tesis, maupun disertasi dihasilkan setiap tahunnya sebagai syarat meraih gelar kesarjanaannya. Karya yang menguras dana, pikiran, waktu, dan tenaga tersebut dipastikan tersimpan rapi di setiap perpustakaan almamater atau tersebar di media internet untuk dirujuk para pemula. Pertanyaan besar yang menggelitik, apakah karya para orang pintar tersebut diimplementasikan sehingga memberi manfaat besar bagi kemajuan bangsa dan negaranya?

Berbagai teknologi sederhana dan tepat guna yang ditemukan, semua menawarkan dan menjanjikan sebagai teknologi siap pakai. Namun demikian, pengusaha keripik singkong di perkampungan masih mengiris singkong secara tradisional. Petani selalu mengalami kekeringan di musim kemarau karena sulit mendapatkan air. Sebagai pembanding, pada awal Singapura kesulitan mendapatkan air bersih karena tidak memiliki sumber mata air sehingga air harus dipasok dari Malaysia. Saat ini, kebutuhan air warga Singapura telah terjamin kesediaannya, baik kuantitas maupun kualitasnya karena mereka telah mampu mendilatasi air laut jadi air tawar dengan memanfaatkan teknologi. Kasus Kusrin dari warga Sleman merupakan potret buram perilaku birokrasi dan menohok hati nurani.

Kusrin yang hanya lulusan sekolah dasar yang secara mandiri dengan dana seadanya mampu berinovasi membangun industri TV murah seharga Rp400 ribuan dan mendapat respons positif dari masyarakat. Namun, aparat penegak hukum dan birokrat terkait malah memandang dengan kacamata kuda. Atas nama peraturan perundangan, Kusrin dinilai sudah memenuhi unsur pidana untuk ditindak karena produknya tidak berstandar SNI dan dikategorikan sebagai industri ilegal tanpa izin. Kita saksikan di media TV nasional, para pejabat instansi berwenang berdiri menyaksikan penghancuran produk Kusrin seperti halnya penghancuran narkoba, ganja, dan daging celeng selundupan. Sungguh ironis karena tidak satu pun pihak yang membela dan berempati atas upaya seorang Kusrin yang hanya berpendidikan SD. Untungnya keadilan yang sangat menyentuh nurani segera cepat datang. Presiden Jokowi punya pandangan berbeda. Di mata Presiden Jokowi, Kusrin ialah inovator, pekerja gigih yang layak dibina, dibantu, dan layak diberi peluang, bukan malah harus diberangus keberadaannya.

Kusrin dan istri diundang ke Istana untuk menerima penghargaan dan bantuan sekaligus menerima sertifikat SNI dari Menteri Perindustrian.
Dari kasus Kusrin ini tersirat secara jelas bahwa kita kurang mampu menghargai hasil berbagai inovasi anak bangsa sendiri. Teknologi dan ketahanan nasional Permasalahan pembangunan yang dihadapi bangsa ini sangat kompleks. Demikian kompleks sehingga setiap aspek dan bidang pembangunan menuntut dijadikan prioritas. Sementara itu, jumlah alokasi APBN tidak mencukup untuk memenuhi kebutuhan berbagai sektor pembangunan secara memadai. Dalam perspektif ketahanan nasional, situasi dan cara pandang bangsa menyikapi berbagai permasalahan tersebut yang berkembang saat ini dinilai kurang produktif bagi penguatan ketahanan nasional itu sendiri. Justru dalam suasana seperti ini, kepiawaian seorang pemimpin dalam mengelola berbagai sumber daya pembangunan untuk kesejahteraan rakyat menjadi kebutuhan yang tidak dapat dihindari.

Nawa Cita menjadi acuan dasar terbangunnya ketahanan nasional yang kukuh. Unsur dasar penguatan ketahanan nasional secara jelas tersurat dalam Nawa Cita. Terkait dengan hal tersebut, implementasi Nawa Cita tidak dapat mengesampingkan peran teknologi untuk melakukan lompatan besar. Namun, sangat penting diperhatikan bahwa revolusi karakter bangsa yang disebut dalam Nawa Cita harus dijalankan secara simultan karena teknologi tidak dapat berjalan jalan sendiri. Perlu sinkronisasi dan harmonisasi dengan budaya maupun kinerja etos kerja seluruh elemen bangsa. Anugerah geografis dengan berbagai potensi dan perbedaan karakternya telah memberikan hasil yang bervariasi. Perbedaan kondisi dan karakter geografis serta musim memberikan keunggulan tiap-tiap daerah yang sesungguhnya dengan pemanfaatan teknologi dapat dikondisikan untuk menjaga kontinuitas produksi yang saling bersambung.

Terlebih dengan diluncurkannya kebijakan tol laut dan poros maritim dunia. Banyak orang yang skeptis dengan ide dan gagasan tersebut.
Namun, realita kesenjangan harga yang mencolok antara Pulau Jawa dan daerah Timur, khususnya Papua harus segera dicarikan solusi cerdas dan tidak hanya sekadar wacana maupun debat tanpa ujung. Tol laut dan poros maritim dipercaya sebagai pilihan strategis dengan efek ikutan yang diharapkan akan membuka peluang kemajuan di berbagai sektor, mulai dari jasa pelayaran, perdagangan, industri perkapalan, pendidikan, dan lain-lain. Pada titik inilah pemanfaatan teknologi secara bijak menjadi sandaran dan sekaligus merupakan kebutuhan agar terwujudnya Indonesia yang mandiri melalui program Nawa Cita dapat diakselerasi dan diwujudkan. Muaranya, ketahanan nasional yang kukuh akan terbangun secara simultan sehingga dapat menjamin eksistensi NKRI dalam kebinekaannya.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya