KAA dan Harapan Baru Jakarta

MI
25/4/2015 00:00
KAA dan Harapan Baru Jakarta
KAA Bandung(Antara)

ADA yang berbeda dengan Jakarta, kemarin pagi. Asap kendaraan dan debu jalanan tidak mengotori wajah pejalan kaki.

Seorang petugas kebersihan memegang erat tongkat sapunya dengan cukup semringah, karena ia tidak perlu takut tersenggol kendaraan roda dua atau roda empat.

Itulah pemandangan kawasan Tugu Tani hingga Gambir dan Kota, Jakarta Pusat, pukul 08.30 WIB. Sejak Minggu (19/4), Jakarta menjadi nyaman dan bersih.

Tidak kalah nyaman, sepanjang Jalan Jenderal Sudirman-Thamrin, para pekerja di sentra bisnis Jakarta itu sangat bersemangat melangkahkan kakinya, merasakan aspal jalanan yang baru saja diperbaiki Pemprov DKI menjelang perhelatan akbar Konferensi Asia Afrika (KAA). "Kapan lagi pagi hari, weekdays, Sudirman sesepi ini. Itung-itung olahraga pagi," ujar Nurul Izza, 27, pegawai bank swasta yang berkantor di Jalan Sudirman.

Nurul mengakui ia terpaksa menguras kocek Rp50 ribu untuk naik ojek dari Dukuh Atas menuju Pasar Benhil, Jakarta Pusat. Pasalnya, Jalan Sudirman-Thamrin baru dibuka pukul 07.30 WIB, tadi pagi.

Pemandangan unik lainnya, polisi hadir di setiap persimpangan lampu merah dan titik padat di Jakarta. Polda Metro Jaya mengerahkan 4.236 anggota mengatur lalu lintas. Kendaraan pribadi dan umum pun mematuhi arahan dari petugas.

Pengamat perkotaan, Yayat Supriatna, mengatakan kelelangan jalanan Ibu Kota saat KAA berlangsung melalui rekayasa lalu lintas dianggap hanya untuk memberikan pelayanan kepada tamu negara.

"Itu bukan solusi, rekayasa lalu lintas itu memindahkan kemacetan saja. Kelelangannya di jalan utama saja. Namun, di jalan lainnya luar biasa macet. Harga ojek sampai Rp50 ribu-Rp100 ribu. Beri kami kenyamanan, sehingga warga Jakarta merasa seperti tamu istimewa," kata Yayat.

Yayat menegaskan, masyarakat Jakarta bisa patuh pada pemerintah, apabila pemerintah benar-benar dekat dan peduli. "Jangan sampai warga dibohongi. Kelihatan cantik dan bersih hanya saat ada acara kenegaraan. Ada tamu dilayani, tapi warga sendiri tidak," tegasnya.

Menurut Yayat, pemerintah harus hadir, memperbaiki layanan angkutan umum, jalanan umum yang rusak, dan terutama menindak tegas pelanggar lalu lintas. "Polisi hadir setiap saat, di setiap sudut lampu merah. Warga lama-lama akan tertib. Kalau ingin memperbaiki Jakarta, semua harus bekerja keras," tukasnya. (J-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya