Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
UPAYA keras pemerintah untuk terus menekan tingkat inflasi pada 2015 dapat dikatakan berhasil. Hal itu bisa dilihat dari tingkat inflasi yang terjadi pada Juli 2015 sebesar 0,93%, dan dapat diturunkan menjadi -0,05% pada September 2015, kemudian menjadi 0,21% di November, inflasi sebesar 0,96% pada Desember 2015, dan pada Januari 2016 angka inflasi dapat ditekan menjadi sebesar 0,51%.
Dari sisi yang lain, selama 2015 prestasi ekonomi pemerintah sebenarnya bukan tanpa catatan penting. Hal itu bisa dicermati dari hasil laporan statistik yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi hanya 4,79%, jauh di bawah 2014 yang berhasil di level 5,01%. Faktor fundamental lainnya yang harus diwaspadai jangka menengah-panjang ialah konsumsi rumah tangga nasional yang terus turun.
Sementara itu, sektor investasi juga belum dapat menjadi sektor dominan dalam ekonomi nasional, padahal perannya secara makroekonomi sangat penting. Belum lagi kinerja ekspor nasional yang terus merosot, menurut BPS kinerja ekspor Indonesia sepanjang 2015 hanya mencapai US$150,25 miliar mengalami penurunan 14,62% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2014 yang mencapai US$175,98 miliar.
Pasar domestik dan global
Selama ini pasar domestik telah dapat menjadi jaring penyelamat ekonomi nasional walaupun tantangannya juga tidak ringan. Serbuan produk asing ke pasar domestik kini sangatlah kuat. Kondisi tersebut telah menjadikan beberapa perusahaan domestik tutup dan para investor lokal lebih memilih menjadi pedagang dengan hanya melakukan impor barang kemudian menjualnya di pasar lokal. Jika daya beli konsumen domestik turun terus, hal itu akan berdampak pada turunnya permintaan agregat dan itu akan memperlemah sektor riil. Di sisi lainnya berpindahnya para investor dari mendirikan perusahaan ke menjadi pedagang barang impor akan menyebabkan penurunan kemampuan ekonomi nasional dalam menyerap tenaga kerja.
Di sisi lainnya, pasar global sampai saat ini belumlah kembali sehat. Daya serap pasar global terhadap produk ekspor nasional makin lama makin turun. Penyebabnya, selain semakin ketatnya persaingan di pasar global karena melemahnya ekonomi negara-negara dominan seperti Tiongkok, AS, dan banyak negara Eropa, ialah lemahnya daya saing produk Indonesia di pasar internasional.
Hasil ekspor pertanian dan hasil tambang nasional kita melemah seiring dengan turunnya daya beli pasar tujuan ekspor.
Kondisi kurs valas dolar AS juga masih tinggi walaupun di awal 2016 sudah turun cukup signifikan di sekitar level Rp13.400 setelah lama bertengger di level Rp14.200 sampai Rp14,400.
Cuaca buruk
Memasuki 2016, tantangan perekonomian Indonesia tidaklah ringan. Di samping sektor-sektor fundamental ekonomi yang masih membutuhkan perbaikan dan kerja keras pemerintah, buruknya cuaca telah menambah beban perekonomian nasional saat ini. Hujan deras yang melanda hampir seluruh wilayah di Indonesia telah mengakibatkan kerusakan infrastruktur, lingkungan, dan turunnya hasil produksi.
Intensitas hujan tinggi sebulan terakhir ini telah mengakibatkan banjir yang merusak area pertanian di hampir seluruh wilayah di Indonesia sehingga hasil tanaman khususnya padi siap panen hancur karena tenggelam oleh banjir.
Peternakan juga terganggu. Harga daging ayam, sapi, dan kambing akan naik dan itu mendorong inflasi tinggi, serta semakin menurunkan daya beli konsumen. Jika di awal 2016 tidak segera ditanggulangi persoalan kenaikan harga (inflasi), tentunya akan semakin memperburuk kemiskinan di Indonesia.
Nelayan terhalang untuk melaut karena cuaca ekstrem sehingga sangat berbahaya bagi keselamatannya. Akibatnya hasil laut (ikan) turun drastis, pendapatan nelayan merosot.
Pembangunan fisik khususnya daerah yang secara geografis sulit ditempuh baik karena minimnya transportasi atau jauhnya jarak, dengan kejadian ini, akan semakin memburuk kondisinya.
Kontribusi pendapatan daerah ke pendapatan nasional antarpulau di Indonesia kini sangat timpang. Pada 2015 Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap produk domestik bruto Indonesia, yakni 58,29%, diikuti Sumatra sebesar 22,21%, dan Kalimantan 8,15%. Sisanya dibagi Papua, Bali, Sulawesi, dan lainnya.
Pembangunan yang proporsional di seluruh pulau di Indonesia harus menjadi perhatian serius pemerintah agar terbangun kesadaran di seluruh masyarakat Indonesia sebagai negara kesatuan yang kuat baik secara ideologi, politik, maupun ekonomi.
Pembangunan desa mandiri merupakan salah satu solusi yang strategis bagi pembangunan nasional yang proporsional sehingga perlu dikawal secara baik agar berhasil sesuai dengan sasarannya.
Rekomendasi
Pertama, pemerintah segera mengantisipasi ancaman pada perekonomian nasional. Pemerintah harus segera tanggap dengan menggalang kerja sama semua lembaga pemerintah dan swasta, serta pihak-pihak lainnya yang terkait dengan penanggulangan bencana dan ekonomi.
Kedua, pemerintah harus melakukan pemerataan pembangunan dan hasilnya secara proporsional. Ketiga, pembangunan infrastruktur dari desa, kota, dan lintas daerah. Di Pulau Jawa saja masih dijumpai jalan-jalan yang rusak dan minimnya penerangan serta panjang jalan yang sudah tidak seimbang dengan kebutuhannya. Apalagi infrastruktur di Luar Pulau Jawa, kondisinya sangat memprihatinkan.
Buruknya pelayanan di pelabuhan semakin memperburuk kondisi tersebut sehingga menjadikan cost of logistic di Indonesia paling mahal di negara ASEAN. Biaya itu tiga kali lebih mahal daripada yang terjadi di Singapura dan Malaysia. Hal itu menjadi salah satu penyebab tingginya harga jual produk Indonesia sehingga memperlemah daya saing produk baik di pasar domestik, apalagi di pasar global. Hal itu diperburuk lagi oleh masih tingginya pungutan baik legal maupun ilegal.
Keempat, meningkatkan nilai rupiah terhadap dolar AS sehingga kurs valas dolar AS turun. Kurs valas dolar AS yang tinggi semakin menyulitkan produk Indonesia bisa dijual secara kompetitif baik di pasar domestik, apalagi di pasar global, mengingat masih tingginya kandungan bahan impor pada produk Indonesia. Hal itu terjadi karena masih sedikitnya bahan baku lokal berkualitas dan ketersediaan bahan baku tertentu di pasar domestik. Melalui kebijakan moneter dan fiskal terintegrasi, pemerintah harus berupaya keras meningkatkan nilai rupiah terhadap valas khususnya dolar AS.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved