Pelajaran Berharga dari All England

Nurul Fadillah
11/3/2017 12:15
Pelajaran Berharga dari All England
(AP/Simon Cooper)

FAKTA menunjukkan para pebulu tangkis Indonesia kembali gagal berbuat banyak di turnamen All England.

Sebagian besar dari mereka bahkan bertumbangan di babak kedua sehingga hanya menyisakan dua wakil ke perempat final.

Meski begitu, ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari kegagalan tersebut.

Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI Susi Susanti bahkan menilai penampilan para pebulu tangkis Indonesia sudah cukup baik.

"Sejauh ini para pemain kita penampilannya cukup baik pada beberapa nomor bahkan ada peningkatan seperti di tunggal putri dengan performa para pemain muda seperti Fitriani dan Dinar (Dinar Dyah Ayustine) walau harus berakhir di putaran 16 besar," kata Susi.

Pada nomor tunggal putri, Dinar Dyah Ayustine dipaksa takluk dari Pusarla Venkata Sindhu dari India di babak 16 besar dengan skor 12-21, 4-21.

Sementara itu, Fitriani kandas di putaran pertama setelah dikalahkan unggulan tiga asal Korea Sung Ji-hyun 21-18 dan 21-12.
Demikian halnya dengan tunggal putra Sony Dwi Kuncoro yang kandas di 16 besar seusai takluk dari Chou Tien Chen (Taiwan) 13-21, 11-21.

Ganda putri yang sempat memberi harapan dengan berhasil meloloskan dua wakilnya pada 16 besar ternyata juga harus terhenti setelah Greysia Polii/Rizki Amelia Pradipta dan Anggia Shitta Awanda/Apriani Rahayu harus menyerah dari pasangan-pasangan Jepang.

Greysia/Rizki kalah dalam dua gim langsung 22-24, 8-21 dari pasangan Naoko Fukuman/Kurumi Yonao, sedangkan Anggia/Apriani kalah dari pasangan Shiho Tanaka/Koharu Yonemoto 21-14, 13-21, dan 11-21

"Sekarang kita harus terus fokus kerja keras untuk meningkatkan performa dan power dari atlet-atlet kita. Semoga ke depannya lebih baik lagi di ajang setingkat All England," ujar Susi.

Setelah All England, PP PBSI akan menyasar prestasi lagi pada beberapa turnamen, yaitu Kejuaraan Dunia di Skotlandia, Piala Sudirman, serta kejuaraan Asia Junior dan kejuaraan dunia junior bagi pemain pratama.

"Kami dan seluruh masyarakat Indonesia juga saya kira berharap para pemain semakin banyak minimal bisa menembus delapan besar atau bahkan semifinal dan final di turnamen-turnamen ke depannya," imbuhnya.

Tetap waspada

Ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir mengaku tidak ingin meremehkan lawan mereka, yakni pasangan suami istri Chris Adcock/Gabrielle Adcock.

Menurut Liliyana, meski secara rekor mereka unggul 9-4, tidak jaminan mereka bisa kembali mengandaskan pasangan tuan rumah tersebut.

"Kami sudah sering ketemu dengan mereka. Skor pertemuan juga kami masih memimpin. Namun, kami enggak mau lengah, anggap masih kosong-kosong. Karena sebagai tuan rumah mereka akan tampil lebih percaya diri. Skill mereka juga pasti bertambah."

Pernyataan Liliyana itu tidak berlebihan. Faktanya peraih medali emas Olimpiade Rio 2016 tersebut takluk di perempat final All England tahun lalu.

Terakhir mereka menang di Singapura Terbuka 2016 lalu.

Senada, ganda putra Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon juga tidak mau menganggap enteng lawan.

Meski unggul secara rekor, mereka sangat mewaspadai ganda Tiongkok Chai Biao/Hong Wei.

"Peluang besok fifty-fifty. Bisa menang dan kalah juga, tapi kami mau melakukan yang terbaik saja di lapangan," ujar Marcus. (Ant/R-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya