Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
HARAPAN sebagian pecinta tenis dunia untuk menyaksikan duel mantan petenis nomor satu dunia Roger Federer dan Rafael Nadal pada laga puncak turnamen grand slam Australia Terbuka 2017 semakin mendekati kenyataan. Keberhasilan Federer menyingkirkan rekan sekompatriotnya dari Swiss, Stan Wawrinka, pada semifinal kemarin membuka lebar-lebar terjadinya duel klasik pada awal tahun ini di Melbourne. Saat menghadapi petenis unggulan empat tersebut, Federer yang kali ini hanya menjadi unggulan ke-17 menang 7-5, 6-3, 1-6, 4-6, 6-3. Itulah kemenangan ke-19 Federer atas Wawrinka dari 22 kali pertemuan keduanya.
Kini Federer tinggal menunggu seteru lamanya, Nadal, untuk berjibaku di partai puncak. Masalahnya ialah Nadal yang juga pemilik 14 gelar grand slam masih harus melewati hadangan petenis Bulgaria, Grigor Dimitrov, agar bisa berjumpa Federer. “Saya merasa sepertinya semua berlangsung begitu cepat,” tutur Federer selepas pertandingan. “(Keberhasilan) ini luar biasa. Saya bahkan tidak pernah bermimpi seliar ini meski saya berharap bisa melaju sejauh mungkin di Australia. Sekali lagi ini sesuatu yang indah,” imbuhnya. Tidak berlebihan memang jika Federer mengungkapkan hal tersebut. Pasalnya, ia baru saja bermain tenis kembali setelah sempat menepi selama enam bulan akibat cedera lutut.
Bahkan tidak sedikit orang yang menyebut bahwa karier pemilik 17 gelar grand slam itu sudah habis. Namun, sekali lagi petenis berusia 35 tahun tersebut membuktikan mental juaranya. Demikian halnya dengan pencapaian Nadal. Apalagi jika ia juga bisa mengikuti jejak Federer melaju ke final. Boleh dibilang keberhasilan keduanya di Melbourne menjadi kejutan lain di Australia Terbuka 2017 selain bertumbangannya para petenis elite
Berburu rekor
Kejutan besar juga terjadi di bagian puti dengan keberhasilan dua Williams bersaudara, Venus dan Serena, melaju ke final. Ketika para petenis seangkatan mereka satu demi satu undur diri, Venus dan Serena masih menunjukkan konsistensi mereka di usia kepala tiga. Ini kali kesembilan Serena menghadapi kakaknya di final turnamen grand slam. Serena menyusul sang kakak ke final setelah menang dua set langsung 6-2, 6-1 atas Mirjana Lucic-Baroni. Venus melaju lebih dulu ke final seusai mengalahkan Coco Vandeweghe 6-7(3), 6-2, 6-3.
Catatan rekor pertemuan mereka di final grand slam menyebutkan Serena mengantongi enam dari delapan pertemuan, termasuk di Australia Terbuka 2003. Pertemuan mereka di final grand slam terakhir, yakni Wimbledon, dimenangi Serena. Secara keseluruhan rekor pertemuan, Serena maish unggul 16-11. “Dia adalah lawan tersulit saya. Tidak ada yang pernah mengalahkan saya sebanyak Venus. Dia berarti segalanya bagi saya,” ungkap Serena yang membidik gelar grand slam ke-23 dan sekaligus membuat rekor baru sebagai pemilik gelar terbanyak. Sebaliknya sang kakak, Venus, berupaya menyabet titel grand slam kedelapannya sekaligus yang pertama di Australia. (AFP/AP/R-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved