Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
KASUS penggunaan doping di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016 dan dua atlet Pekan Paralympic Nasional (Peparnas) 2016 merupakan bukti kecacatan sistem keolahragaan nasional. Sosialisasi dan edukasi yang kurang dinilai menjadi penyebab masih terjadinya kasus penggunaan doping.
Untuk memberantas penggunaan doping, Lembaga Antidoping Indonesia (LADI) akan lebih menggencarkan sosialisasi dan edukasi kepada para atlet, pelatih, serta pengurus cabang olahraga, terutama Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI).
"Dengan KONI, kita akan mengundang pengurus-pengurus cabang serta pelatih karena mereka yang bisa membatasi dan mengawasi apa yang dikonsumsi atlet. Kita juga akan segera membentuk laman dan aplikasi mobile yang mudah diakses," ujar Ketua LADI, Zaini Kadhafi saat diskusi Kasus Doping PON XIX 2016: Peringatan Keras dalam Meraih Sukses Prestasi di Asian Games XVIII 2018 di Kantor KONI Pusat, Jakarta Kamis (19/1).
Zaini menjelaskan, saat ini banyak hal yang masih belum dipahami pemangku jabatan olahraga, termasuk atlet, terkait dengan doping. Karena itu, sosialisasi dan edukasi soal doping sebagai tindakan pencegahan, menurut Zaini, perlu dilakukan secara rutin dan berkesinambungan.
"Bahan-bahan terlarang itu setiap tahun berubah dan bertambah sehingga perlu adanya sosialisasi terus-menerus dan berkelanjutan. Atlet itu harus tahu suplemen dan obat yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi," ujar Zaini. Di sisi lain, Wakil Ketua Umum KONI Pusat, Inugroho, menegaskan, pihaknya tidak akan lepas dari tanggung jawab terkait dengan kasus doping di PON dan Peparnas 2016.
Namun, Inu menyatakan saat ini kasus tersebut masih ditangani PB PON dan laporannya belum diserahkan secara lengkap kepada KONI Pusat. Namun, tegas Inu, KONI akan melakukan segala upaya untuk memberantas penyalahgunaan doping. Misalnya, mereka akan menerapkan pemeriksaan nutrisi, suplemen, dan obat-obatan yang akan dikonsumsi atlet.
"Kita akan memberikan pemahaman kepada atlet dan pelatih dengan cara uji coba nutrisi dan obat-obatan kepada orang lain. Nanti orang tersebut akan menjalani tes urine. Seandainya positif doping, kita akan melarang atlet menggunakannya," ujar Inu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved