PB PON Pastikan 14 Atlet Gunakan Doping

Bayu Anggoro
09/1/2017 19:34
PB PON Pastikan 14 Atlet Gunakan Doping
(ANTARA/Agus Bebeng)

PANITIA Besar Pekan Olahraga Nasional (PB PON) dan Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) 2016 Jawa Barat memastikan adanya penggunaan doping oleh sejumlah atlet pada ajang tersebut.

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan di India, belum lama ini, ditemukan 14 atlet yang positif menggunakan doping selama ajang tersebut.

Ketua Umum PB PON 2016 Jabar Ahmad Heryawan mengatakan, penggunaan doping ini didominasi atlet PON sebanyak 12 orang, sedangkan dua sisanya merupakan atlet Peparnas. Dia menyebut, hasil ini diperoleh setelah pihaknya melakukan pengawasan doping secara acak (random).

Pihaknya menyasar atlet pemegang medali emas dan pemecah rekor untuk dijadikan sampel. Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan terhadap urine masing-masing atlet tersebut.

"Dari sampel doping 476 orang pada PON, terbukti 12 orang, 464 negatif. Sedangkan pada Peparnas, pemeriksaan 130 sampel, dua positif," katanya saat memberikan keterangan pers terkait hasil pemeriksaan doping pada PON dan Peparnas 2016, di Bandung, Senin (9/1).

Penggunaan zat terlarang ini didominasi atlet dari cabang olahraga binaraga sebanyak delapan orang yang keseluruhannya bertanding pada PON. Sedangkan sisanya yakni atlet menembak (dua orang), serta berkuda, angkat berat, tenis meja, dan atletik.

Menurutnya, zat yang ditemukan pada atlet tersebut di antaranya stanzolol, furosemide, diuretic, bioker, dan higenamine. Akibat penggunaan doping itu, para atlet didiskualifikasi sehingga seluruh raihan medalinya digugurkan.

"Segala hak-haknya pun, termasuk bonus, dibatalkan," kata Heryawan.

Dia melanjutkan, pengguguran raihan medali ini tidak mempengaruhi klasemen akhir PON dan Peparnas 2016. Provinsi Jabar tetap kokoh sebagai juara umum meski lima atletnya terbukti menggunakan doping.

Wakil Ketua KONI Pusat I Nugroho mengatakan, setelah pengumuman hasil ini, pihaknya akan membentuk Dewan Disiplin untuk memproses lebih lanjut para atlet tersebut. Nantinya, Dewan Disiplin akan memeriksa atlet lebih lanjut terkait temuan itu.
"Apakah mereka (atlet) menggunakan dopingnya sengaja atau tidak, nanti diperiksa lagi," katanya di tempat yang sama.

Selain disengaja oleh atlet, menurutnya, penggunaan doping ini bisa juga dilakukan secara tidak sengaja, seperti adanya ketidaktahuan, unsur sabotase, maupun hal lainnya.

"Sering ada kekurangpahaman dari atletnya itu sendiri. Makanya kita memberi keadilan, memberi kesempatan untuk membela diri," katanya.

Oleh karena itu, Dewan Disiplin akan memastikan semuanya dengan kembali memanggil para atlet. Setelah diputuskan hasil pemeriksaan oleh Dewan Disiplin, atlet diberi kesempatan untuk melakukan banding dalam waktu 14 hari.

"Kalau atlet menyangkal, mereka harus membuktikan," katanya.

Nantinya, jika terdapat atlet yang melakukan banding, Kementerian Pemuda dan Olahraga akan membentuk Dewan Banding untuk memutuskannya kembali. Lebih lanjut dia mengatakan, selain diskualifikasi dan pencabutan hak-hak terkait PON dan Peparnas, para atlet pun akan diberikan sanksi lain berupa larangan mengikuti pertandingan selama beberapa waktu.

"Kalau menurut aturan, ada sanksi empat tahun skorsing," katanya.

Koordinator Doping Bidang Kesehatan PB PON 2016 Jabar, Vita Murniaty Lubis, mengatakan, doping tersebut salah satunya bisa terkandung pada jamu yang dikonsumsi secara umum.

"Pada jamu-jamu di kita, sering diisi itu, untuk pegal linu. Jadi itu bukan murni jamu," katanya.

Menurutnya, hal ini bisa jadi dilakukan atlet akibat ketidaktahuannya, terutama pada atlet binaraga.

"Di binaraga sering terjadi, dia mungkin enggak tahu makan zat itu," katanya.

Oleh karena itu, menurutnya, perlu sosialisasi ke atlet terkait hal itu.

"Kita fokus ke situ, dan ternyata ditemukan itu. Jadi sosialisasi ini mutlak untuk disampaikan," katanya.

Dalam melakukan pengawasan doping, para atlet memberikan riwayat diri 2-3 bulan sebelum PON dan Peparnas dimulai. Atlet memberitahukan konsumsi makanan serta penyakit apa saja yang mereka idap.

Namun, menurutnya, pada PON dan Peparnas kemarin, terdapat beberapa atlet yang tidak melakukan hal itu. Menurutnya, pemeriksaan secara acak dipilih mengingat mahalnya biaya pemeriksaan tersebut.

"Kalau di luar negeri, yang biayanya banyak, pemeriksaan itu dilakukan tidak hanya saat ajang itu saja, tapi di luar ajang itupun, diperiksa juga," katanya.

Sehingga, pihaknya hanya menyasar beberapa atlet dan cabang olahraga saja yang paling dicurigai menggunakan doping. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya