Impian Triyaningsih di Penghujung Karier

06/12/2016 08:19
Impian Triyaningsih di Penghujung Karier
(MI/Ramdani)

TIADA yang abadi di dunia ini. Begitu pun karier seseorang. Apalagi karier seorang atlet.

Stamina kerap menjadi penunjang utama karier seorang atlet. Persoalannya, faktor stamina selalu berbanding lurus dengan usia seseorang, selain faktor lain seperti cedera.

Itu sebabnya salah satu karier yang paling singkat ialah menjadi seorang olahragawan. Hal tersebut disadari betul oleh pelari putri jarak jauh Indonesia, Triyaningsih. Apalagi usianya sudah terbilang cukup senior, 29 tahun.

Atlet kelahiran Semarang, Jawa Tengah, itu telah memantapkan pilihan untuk menjadi pelatih spesialis lari jarak jauh jika kelak gantung sepatu. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, Triyaningsih kini bekerja di bidang kepelatihan fungsional di Kementerian Pemuda dan Olahraga.

Atlet spesialis 5.000 meter, 10.000 meter, dan maraton tersebut bahkan begitu berhasrat menjadi pelatih jarak jauh. Tujuannya jelas, ia ingin membagi pengetahuan dan sekaligus melahirkan atlet-atlet nasional.

“Saat ini saya telah memiliki sertifikat kepelatihan nasional dan internasional yang saya dapatkan dari PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia) dan IAAF (Federasi Atletik Internasional) meskipun baru level 1. Saya berniat terus berusaha mendapat sertifikat kepelatihan hingga level teratas yaitu level lima agar ambisi saya menjadi pelatih nasional bisa terlaksana.”

Sejak menjadi atlet pada 2002, prestasi Triyaningsih di tingkat nasional dan internasional cukup membanggakan. Tercatat sudah 10 medali emas yang ia kumpulkan sejak berpartisipasi di multiajang SEA Games 2007.

Triyaningsih yang sempat dibekap cedera dan absen di Asian Games Incheon 2014 masih berambisi untuk meraih emas pertamanya di Asian Games Indonesia 2018.

Prestasi yang diraihnya selama 14 tahun berkiprah di bidang olahraga pun menjadi alasan mengapa ingin melanjutkan karier sebagai pelatih.

“Di Indonesia pelatih nasional khusus lari jarak jauh itu jarang sehingga saya bertekad menjadi pelatih putri yang dapat diandalkan. Saya ingin ada generasi penerus saya di lari jarak jauh yang dapat meneruskan prestasi saya di tingkat internasional,” tandas adik mantan pelari nasional Ruwiyati itu.

“Saya sudah sekian tahun berpengalaman menggeluti lari jarak jauh. Kalau enggak dibagi dengan yang lain, rasanya akan sia-sia. Saya lebih ingin menjadi pelatih atlet putri karena bisa lebih memahami keluh kesah dan karakter sebagai sesama wanita,” tukasnya. (Nurul Fadillah/R-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya