Doping, Virus, dan Motorik Tantangan Olimpiade Rio

AFP/AP/Gnr/R-2
03/8/2016 09:08
Doping, Virus, dan Motorik Tantangan Olimpiade Rio
(AFP/GREG BAKER)

TERKUAKNYA skandal doping atlet Rusia yang disponsori pemerintah negara itu menjadi tantangan besar bagi Komite Olimpiade Internasional (IOC) dalam menyelenggarakan Olimpiade ke-31 di Rio de Janeiro, Brasil, 2016. Krisis politik dan ekonomi juga tengah mendera Brasil sehingga tantangan dalam penyelenggaraan pesta olahraga terakbar sejagat pertama di Amerika Selatan itu semakin meninggi.

Skandal doping Rusia yang terkuak setelah laporan pengacara asal Kanada, Richard McLaren, dirilis Badan Antidoping Dunia (WADA) bulan lalu sempat menyeret IOC dan WADA terlibat perang politis karena IOC menyerahkan urusan skors atlet Rusia ke Olimpiade Rio 2016 kepada setiap federasi olahraga.

Langkah IOC itu menyebabkan Badan Arbitrase Olahraga Dunia (CAS) kebanjiran pengajuan banding dari para atlet Rusia. CAS bahkan harus menggelar sidang darurat di Rio de Janeiro untuk bisa segera memutus puluhan pengajuan banding yang diajukan atlet Rusia baik langsung maupun tidak langsung.

Namun, Presiden IOC Thomas Bach membela langkahnya tersebut. "Anda tidak bisa menghukum seseorang hanya karena kesalahan pemerintahnya. Tapi bila benar terbukti keterlibatan pemerintah Rusia, itu merupakan penghinaan yang menyerang integritas dalam dunia olahraga," tegas Bach.

Selain soal skandal doping dan masalah internal di Brasil, perhelatan Olimpiade Rio 2016 diwarnai potensi kecurangan. Salah satunya terjadi di cabang olahraga balap sepeda. Potensi kecurangan itu timbul akibat ditemukannya penggunaan mesin motorik dalam sepeda yang digunakan di ajang Tour de France 2016.

Presiden Federasi Balap Sepeda Internasional (UCI) Brian Cookson mengatakan pihaknya tengah membangun teknologi untuk mendeteksi penggunaan mesin motorik tersembunyi itu di Olimpiade Rio 2016. "Akan ada program pengujian besar-besaran dalam perhelatan Olimpiade Rio 2016 nanti," katanya.

Sementara itu, meski mengirimkan kontingen besar yang terdiri dari 416 atlet, Tiongkok diprediksi hanya mampu membawa pulang 89 medali di Olimpiade Rio 2016. Hal itu ditegaskan dalam penelitian yang dikeluarkan Sekolah Bisnis Dartmouth's Tuck. Merosotnya perkiraan perolehan medali 'Negeri Tirai Bambu' tersebut disebabkan menurunnya performa atlet Tiongkok akibat cedera dan faktor usia menua.

Wakil Komandan Kontingen Tiongkok Gao Zhidan mengatakan salah satu faktor penurunan tersebut juga berkurangnya intensitas pembinaan atlet, "Saat ini investasi pada pembinaan tidak seperti dulu lagi," tandasnya.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya