Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Petenis Belarusia Aryna Sabalenka tampil luar biasa saat mengalahkan Iga Swiatek di final Madrid Terbuka, Sabtu (5/5). Itu merupakan kemenangan pertamanya di lapangan tanah liat melawan rival utamanya tersebut.
Petenis berusia 25 tahun itu selalu kalah dalam tiga pertemuan sebelumnya dari petenis Polandia itu di lapangan tanah liat tanpa memenangkan satu set pun. Tapi, kali ini, Sabalenka yang kini menempati peringkat kedua dunia, tampil lebih menyerang dan menang 6-3, 3-6, dan 6-3. Ini merupakan gelar kedua yang diraih Sabalenka di turnamen yang digelar di ibu kota Spanyol tersebut.
"Ini sesuatu yang luar biasa. Saya sangat senang bahwa saya bisa melawannya dan saya bisa mendapatkan kemenangan ini sehingga tidak terlalu membosankan bagi orang untuk menonton pertandingan kami," ujarnya, seusai pertandingan.
"Saya sangat menikmati bermain di lapangan tanah liat, karena saya memiliki waktu ekstra. Ini tidak supercepat, jadi saya bisa melakukan pukulan kuat saya. Juga ada reli-reli panjang.”
Bagi Sabalenka yang sukses membalas dendam atas kekalahan dari rival Polandianya di final Stuttgart dua minggu lalu, kemenangan kali ini sekaligus mengakhiri rentetan sembilan kemenangan beruntun yang diraih Swiatek.
Sabalenka meraih gelar ke-13 dalam kariernya dan gelar keduanya di lapangan tanah liat dalam waktu dua jam 25 menit. Kemenangan pada laga ini ditutup dengan sebuah pukulan forehand menyilang tak tak mampu dijangkau Swiatek.
"Saya sangat senang dengan kemenangan ini, terutama melawan Iga (Swiatek) di lapangan tanah liat. Selalu sulit melawannya," tambah Sabalenka.
Swiatek, yang gagal mendapatkan satu pun break point pada set pembuka, mampu memimpin 2-0 di set kedua karena lawannya kerap membuat kesalahan. Namun, saat tertinggal 1-3, Sabalenka yang mendapat empat break point, kembali melakukan servis dengan backhand winner yang keras.
Petenis Belarusia sekali lagi menempatkan Swiatek di bawah tekanan servisnya, tetapi petenis Polandia itu mampu menyelamatkan dua break point untuk bertahan. Swiatek menunjukkan permainan defensifnya yang bagus saat ia mematahkan lagi pukulan lawannya untuk memimpin 5-3 dan melakukan servis untuk memaksa set ketiga yang menentukan.
Di set ketiga, Sabalenka langsung unggul 2-0, untuk selanjutnya memimpin 5-3 hingga akhirnya menutup laga itu dengan 6-3. "Terkadang sulit, terkadang mudah. Itulah mengapa kami memiliki variasi dalam tenis," kata Swiatek.
Petenis nomor satu dunia itu mengkritik penyelenggara turnamen karena beberapa pertandingan digelar larut malam selama seminggu terakhir. "Tentu tidak menyenangkan bermain hingga jam 1 pagi. Tapi, saya senang bagaimanapun saya bisa melewati pengalaman ini dan bertahan hingga di final," ujarnya. (AFP/M-3)
Sebelumnya, Aryna Sabalenka mundur dari perempat final Berlin Terbuka melawan Anna Kalinskaya karena cedera bahu, lebih dari sepekan yang lalu.
Ons Jabeur dan Aryna Sabalenka terpaksa pensiun pada perempat final Jerman Terbuka, karena berbagai alasan
Ons Jabeur dan Aryna Sabalenka mengungkapkan tidak akan tampil di Olimpiade Paris 2024 karena memprioritaskan kesehatan mereka.
Mirra Andreeva menjadi petenis termuda yang mencapai semifinal Grand Slam sejak Martina Hingis di Amerika Serikat (AS) Terbuka pada 1997.
Aryna Sabalenka hanya butuh 69 menit untuk mengalahkan Emma Navarro untuk mencapai perenmpat final Grand Slam kesembilan dalam kariernya.
etenis Belarusia akan menghadapi Emma Navarro pada babak keempat Senin (3/6).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved