Format Baru Bikin Cemas Pembalap

19/3/2016 02:50
Format Baru Bikin Cemas Pembalap
()

DIREKTUR Lomba FIA, Charlie Whiting, sibuk menyambangi garasi (paddock) sejumlah tim di sela-sela tes pramusim kedua di Barcelona, Spanyol, Rabu (2/3) lalu. Pria 63 tahun itu ingin berbincang dengan sejumlah pembalap tentang aturan baru mengenai kualifikasi dalam Formula 1 musim ini yang diaplikasikan Grup Strategis F1 dan Komisi F1.

Sehari sebelumnya, Komisi F1 secara bulat telah menyetujui perubahan dalam sistem kualifikasi F1 musim 2016. Meski F1 masih menggunakan format tiga sesi kualifikasi, kali ini pembalap akan dihadapkan pada kriteria waktu yang ketat karena kualifikasi menggunakan sistem eliminasi di tengah sesi, bukan di akhir sesi seperti sebelumnya.

Dengan format baru itu, seluruh pembalap akan turun berlaga di sesi kualifikasi pertama yang akan berlangsung selama 16 menit. Pada 7 menit pertama, pembalap paling lamban akan tereliminasi, kemudian satu pembalap akan tereliminasi setiap 90 detik hingga menyisakan 15 pembalap. Ketentuan serupa berlaku pada sesi kedua yang berlangsung 15 menit hingga menyisakan delapan pembalap.

Di sesi terakhir yang berlangsung selama 14 menit, ketentuan yang sama juga berlaku hingga akhirnya tersisa dua pembalap yang akan memperebutkan posisi start terdepan saat lomba (pole position). Aturan baru itu sebelumnya diminta bos F1, Bernie Ecclestone, untuk digunakan pada seri Eropa yang dimulai Mei mendatang. Namun, keputusan bulat akhirnya ditetapkan. Format itu diaplikasikan mulai seri pertama di Albert Park, Australia, akhir pekan ini.

“Saya memberikan suara saya karena saya menginginkan kita melakukan sesuatu. Saya tidak terlalu yakin format baru ini akan langsung mendapatkan hasil seperti yang kami harapkan. Tapi perlu mencobanya dan melihat bagaimana keadaannya, “ kata pria 85 tahun asal Inggris yang pernah menjadi pembalap F1 pada 1958 itu.

Dengan perubahan ini, format kualifikasi ajang yang telah dihelat sejak 1950 itu telah delapan kali mengalami perubahan. Format yang sekarang digunakan, dengan mode pembatasan bahan bakar, telah berlangsung sejak 2010. Sementara itu, format terpanjang yang digunakan ialah format dua sesi kualifikasi yang berlangsung 1950-1996.

Perubahan format itu disadari Whiting membuat sejumlah pembalap resah dan bingung menghadapi musim ini. Alasan itulah yang membuatnya menyambangi garasi tim dan berjumpa dengan pemba­lap untuk mengetahui pendapat mereka mengenai format baru kualifikasi itu. Total ada 13 pembalap yang ditemui.

Pembalap Force India, Sergio Perez, menghormati langkah Whiting untuk meminta opini pembalap. Ia hanya berharap format kualifikasi sebelumnya tidak buru-buru diubah karena pembalap sudah nyaman dan mampu menemukan setelan mobil.

“Kami tidak terlalu senang dengan aturan yang mereka implementasikan. Kita lihat saja apa mereka bisa mengubahnya kembali,” kata pembalap asal Spanyol itu.

Bagi pembalap Indonesia, Rio Harya­nto, format baru kualifikasi F1 kali ini membuat sesi kualifikasi makin menarik dan kompetitif. Pemuda 23 tahun yang belum genap sebulan diumumkan sebagai pembalap F1 itu mengakui ada sejumlah pembalap yang tidak setuju dengan format kualifikasi itu.

Di samping soal kualifikasi, aturan lain yang juga mendapatkan respons negatif dari pembalap ialah soal komunikasi pembalap dan tim. Musim ini, Komisi F1 meminta pembalap lebih mandiri terhadap performa mobil dengan membatasi komunikasi saat sedang berlaga di lintasan.

Tim tidak boleh lagi memberi tahu pembalap mengenai tombol di setir mobil yang bisa digunakan untuk mengubah setelan mobil. Tim juga tidak bisa memberi tahu pembalap mengenai keseimbangan mobil dan cara menghemat bahan bakar. Tim pun tidak diperkenankan memberi tahu pembalap kapan harus masuk pit stop.

Bagi pembalap McLaren, Fernando Alonso, aturan itu terbilang konyol di era komunikasi terbuka saat ini. (Berbagai sumber/Gnr/R-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya