Antara Ambisi dan Impian

Iqbal Musyaffa
09/6/2017 23:36
Antara Ambisi dan Impian
(AFP PHOTO / CHRISTOPHE SIMON)

TURNAMEN grand slam Prancis Terbuka 2017 belum berakhir, tapi berbagai cerita sudah terjadi di turnamen yang berlangsung di lapangan tanah liat Roland Garros, Paris, tersebut. Salah satunya aksi petenis nonunggulan Jelena Ostapenko. Petenis putri Latvia itu memang belum berhenti membuat kejutan. Petenis yang baru merayakan tahun ke-20-nya itu bahkan sukses melaju hingga partai puncak setelah mengalahkan petenis Swiss Timea Bacsinszky 7-6 (7/4), 3-6, 6-3.

Ia pun menorehkan sejarah sebagai petenis pertama Latvia yang menembus final grand slam di era terbuka. Di final Ostapenko akan menghadapi petenis unggulan ketiga asal Rumania, Simona Halep, yang menundukkan unggulan kedua Karolina Pliskova dari Republik Ceko dengan skor 6-4, 3-6, 6-3. Uniknya, jika sepanjang turnamen Ostapenko membuat kejutan, kemarin, ia justru dibuat terkejut. Betapa tidak?

Ia ditelepon Presiden Latvia, Raimonds Vejonis. "Kemarin memang banyak yang menelepon dari Latvia, termasuk dari Presiden. Tentu saja sangat menyenangkan karena yang menelpon Presiden karena itu sangat berarti. Pertama-tama tentu dia menghubungi ibu saya karena jarang yang tahu nomor telepon saya," kata juara Wimbledon Junior 2014 tersebut.

"Tenis bukan olahraga yang populer di negara kami karena termasuk olahraga yang mahal," kata Ostapenko lagi yang akan menjadi petenis nonunggulan pertama jika berhasil jadi juara di Prancis Terbuka. Soal persiapan dia menghadapi Halep, Ostapenko mengaku akan bermain seperti biasa. "Saya harus tetap bermain agresif dan bermain seperti biasa. Yang pasti laga nanti akan sangat sulit dan saya harus benar-benar siap. Kemarin saya agak gugup dan itu boleh tidak terjadi lagi. Saya hanya perlu menyiapkan diri," ujar Ostapenko.

Peringkat pertama
Pernyataan Ostapenko itu memang tidak berlebihan karena Halep juga sangat berkepentingan dengan gelar tersebut. Dengan gelar itu, ia bukan saja akan menjadi petenis nomor satu dunia, melainkan juga menebus kegagalan tiga tahun silam. Sebelumnya Halep pernah sampai di partai puncak pada 2014 silam, tapi ia harus mengakui keunggulan petenis Rusia, Maria Sharapova.

"Ini tantangan besar dan peluang emas. Saya pikir saya punya mental untuk menang, tapi tentu tidak mudah," sebut Halep. "Saya sudah belajar banyak hal selama bertahun-tahun, bukan hanya dari final itu, juga dari semifinal di Wimbledon dan Amerika Serikat Terbuka. Sekarang saya lebih kuat dan lebih cerdas, juga secara psikologis. Saya pikir saya kini petenis yang berbeda, jauh lebih kuat ketimbang 2014," katanya.

Menurut Halep, meski berstatus petenis nonunggulan, Ostapenko tidak bisa dipandang sebelah mata. Ia sudah menunjukkan kualitas dengan melaju hingga final.
"Ia belum pernah menghadapinya. Ia jauh lebih muda dan dia juga tidak punya beban. Namun, saya juga pernah merasakan hampir menjadi juara. Karena itu, jika tidak sekarang, saya mungkin butuh waktu bertahun-tahun lagi untuk ke final," tukas Halep yang berambisi menjadi petenis kelima yang menjadi juara di Roland Garros di tingkat junior dan senior.
(AFP/AP/R-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya