Membidik Emas Dalam Lumpur

NURUL FADILLAH fadillah@mediaindonesia.com
12/4/2017 02:16
Membidik Emas Dalam Lumpur
(FOTO ANTARA/Yudhi Mahatma)

TIDAK ada yang bisa meng­halangi semangat para taek­wondoin Indonesia untuk berprestasi di SEA Games Kuala Lumpur 2017. Meski sedang diterpa masalah tunggakan gaji yang belum dibayar dan ketidaksesuaian bantuan peralatan, para atlet tetap bersemangat untuk berlatih demi mengharumkan Indonesia pada pesta olahraga negara-negara Asia Tenggara itu. Atlet putra kyorugi (tarung) kelas 54 kg putra, Reinaldy Atmanegara, misalnya. Ia bahkan menargetkan untuk mempertahankan medali emas yang ia dapatkan di SEA Games Singapura 2015 lalu. Saat ditemui seusai latihan di kawasan PP-PON, Cibubur, Jakarta, kemarin, Reinaldy optimistis dapat mencapai target itu. “Saya mau dapatkan emas SEA Games kedua saya. Soal teknik saya sudah yakin 100%. Cuma tinggal perkuat mental dalam menghadapi lawan,” ujar Reinaldy.

Senasib dengan para atlet Pelatnas lainnya, para taekwondoin pelatnas juga belum menerima gaji bulanan sejak Januari lalu. Meskipun kabarnya ada kenaikan gaji dari Rp8,5 juta menjadi Rp10 juta (elite) dan dari Rp7,5 juta menjadi Rp8 juta (atlet junior), hingga saat ini waktu pemberian gaji itu masih simpang siur. Padahal, Kementerian Pemuda dan Olahraga sempat menjanjikan gaji dibayarkan pekan ini. Ironisnya, selain gaji, peralatan sempat menjadi kendala lantaran ada ketidaksesuaian. Manajer taekwondo, Rahmi Kurnia, mengungkapkan peralatan yang diberikan Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas pada 2017 justru usulan peralatan pada 2016 yang mereka usulkan pada 2015 silam.
“Sebetulnya usulan 2017 sudah kami berikan tahun lalu, tetapi yang datang Februari kemarin justru usulan 2016, padahal tahun ini spesifikasinya berbeda. Selain itu, kualitas peralatan buruk, seperti tendangan target baru dipakai dua hari sudah rusak,” keluh Rahmi.

Kendati demikian, para taekwondoin tidak ingin memusingkan berbagai hambatan itu. Peraih emas SEA Games Singapura 2015, Mariska Halinda, mengaku tetap berupaya untuk fokus pada latihan agar target mempertahankan emas tercapai. Keterbatasan peralatan juga dialami para atlet pelatnas panahan. Atlet compound putri, Rona Siska Sari, mengungkapkan Satlak Prima hanya menyediakan peralatan busur dan anak panah. “Sementara yang kita butuhkan tidak sekadar itu, tetapi juga berbagai aksesori, seperti visir (alat pembidik) long sama short, clicker, ground (penopang busur), aksesori itu yang justru mahal. Kita karena butuh mau tidak mau beli sendiri peralatan itu dan sekali beli bisa sampai Rp20 juta yang saya habiskan.”

Batal ke Kuala Lumpur
Nasib buruk menimpa sprinter nasional atletik, Muhamad Rozikin. Akibat menjadi korban tabrak lari pada Sabtu pekan lalu, Rozikin dipastikan batal bertanding di berbagai turnamen internasional untuk sementara waktu, termasuk SEA Games Kuala Lumpur 2017. Akibat insiden tersebut, Rozikin menderita patah tulang bahu kiri dan membuatnya harus menjalani operasi pada hari ini dan menepi selama lebih dari tiga bulan untuk masa pemulihan. Dengan absennya Rozikin, tim estafet 4 x 100 putra harus mengalami perombakan komposisi atlet. Pelatih tim estafet putra, Eni Sumartoyo, mengungkapkan posisi Rozikin akan digantikan Eko Rimbawan. (R-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya