Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
SEMBARI duduk bersila, Isnawati dengan teliti memasukkan benang ke dalam peralatan tenun. Hari itu ia akan menenun kain cual dengan motif sesuai dengan keinginannya. Pengerjaan tenun kain cual ini telah dirintis lama oleh Isnawati, pemilik galeri Ishadi di Jalan Ahmad Yani No 46 Pangkal Pinang, Provinsi Bangka Belitung. Kain cual kebanggaan masyarakat Bangka Belitung (Babel) ini diyakini sudah ada sejak abad ke-17. Kain cual berasal dari kain songket palembang. Awal mula perkembangan kain ini ialah dari Kota Muntok, Kabupaten Bangka Barat, sekitar abad ke-17. Setelah itu, kain cual berkembang hingga seluruh wilayah Babel.
Secara spesifik, tenun yang digunakan untuk membuat kain cual ialah perpaduan antara teknik sungkit dan tenun ikat. Susunan motif dalam tenun ikat merupakan asimilasi dari budaya Tiongkok yang menyebar di Benua Asia, termasuk Indonesia. Bila dilihat lebih dalam, kain cual memang memiliki pesona pada susunan motifnya. Setiap motif memiliki arti dan filosofinya sendiri. Isnawati menjelaskan motif bunga yang melambangkan kesucian, keanggunan, rezeki, dan segala kebaikan. Sementara itu, motif naga melambangkan keperkasaan. Kain cual ini pertama kali diperkenalkan Isnawati dan almarhum suaminya Abdul Hadi sekitar 2000. Pada saat itu, Babel memisahkan diri dari Provinsi Sumatra Selatan.
Dengan berbekal tiga helai kain cual, yang terdiri atas dua kain cual dari orangtuanya dan satu kain lainnya dari kakek buyut suaminya, Demang Abdurahman Rejab, kain itu terus diproduksi hingga kini. “Kakek buyut almarhum suami saya dulunya seorang demang di Muntok dan Koba. Ada satu kain cual peninggalannya. Dari situ kita tertarik untuk melestarikannya agar dikembangkan sebagai kain khas Babel,” kata Isnawati, pemilik Toko Ishadi Cual itu, akhir pekan lalu.
Ia berburu mendapatkan kain cual dari berbagai daerah. Ia pun berhasil mengumpulkan 20 kain cual dengan usia mulai 100 hingga 200 tahun. Koleksi motif kain cual mulai bunga hong, bunga cina, lotus, kembang gajah, garuda, dan naga bertarung dengan bebek. Sementara itu, kain milik kakek buyutnya merupakan kain tertua karena berusia 200 tahun. Kain cual ini dipasok dari Palembang. Namun, kendalanya ialah hanya ada satu instruktur yang membawahkan 20 penenun dengan usia antara 45-55 tahun. Sebelumnya, ia bersama suaminya menjadi pengajar kain cual. Ia masih kekurangan tenaga pengajar. “Anak sekarang tidak tertarik menenun,” ujar perempuan berusia 61 tahun ini. Menurutnya, kain cual melambangkan keberagaman yang ada di Babel. “Beragam suku, ras, dan agama. Lewat kain cual ini, keberagaman bisa bersatu dan berjalan beriringan,” ujarnya bangga. (Rendy Ferdiansyah/N-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved