UGM Selamatkan Hutan Jawa

(AT/AB/HK/OL/N-2)
07/4/2017 01:45
UGM Selamatkan Hutan Jawa
(FOTO ANTARA/Siswowidodo)

PEMERINTAH terus mencari konsep penyelamatan hutan di Pulau Jawa. Salah satunya dengan merangkul Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. "Kami dipercaya pemerintah untuk mengelola hutan Getas-Ngandong yang berada di perbatasan Blora, Jawa Tengah, dan Ngawi, Jawa Timur, seluas 11 ribu hektare. Hutan ini diharapkan dapat menjadi referensi konsep penyelamatan hutan di Jawa," kata Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Budiadi, di Yogyakarta kamis (6/4). Hutan Getas-Ngandong akan dijadikan sebagai kawasan hutan dengan tujuan khusus (KHDTK).

Pengelola-annya akan dilakukan selayaknya hutan konservasi wanagama yang ada di Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta. Dengan kondisi saat ini, kata dia, diperlukan usaha keras untuk bisa mengembalikan kawasan itu sebagai hutan yang berbasis ekositem. "Tekanan sosialnya sangat bervariasi. Kami berharap dukungan semua pihak dalam hal pemberdayaan masyarakat dan perencanaan tata kelola KHDTK." Selain mengembalikan kondisi habitat seperti semula, dalam pengelolaan hutan ini juga akan diterapkan program reformasi agraria. Tujuannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan. "Kami akan bekerja sama dengan 15 desa hutan. Lewat pendekatan sosial kami lakukan program pemberdayaan masyarakat," tandas Budiadi.

Di Pasuruan, Jawa Timur, aktivis lingkungan menuding pemerintah bersikap setengah hati dalam melestarikan dan menyelematkan sumber air. "Perusakan lingkungan terus terjadi dan membuat banyak mata air menyusut," kata Harjo Suwon, aktivis dari Forum Pemerhati Air Kabupaten Pasuruan. Di Pasuruan, lanjut dia, bupati menolak adanya tambang di sekitar sumber air Umbulan. Namun, pemerintah di atasnya memaksa mengeluarkan izin penambangan. Di sisi lain, pencemaran Pantai Nongsa di Batam, Kepulauan Riau, terus terjadi pada setiap Desember.

Limbah slug diduga berasal dari pabrik di Singapura dan Malaysia. "Kami sudah mengambil sampel limbah dan memeriksanya di laboratorium. Adanya limbah itu telah membuat banyak ikan mati di sejumlah pantai," kata Kepala Dinas Lingkung-ah Hidup, Dendi Purnomo. Kamis (6/4), demi pelestarian lingkungan, Balai Karantina Denpasar melepasliarkan 160 kepiting yang siap bertelur di Kelurahan Tuban, Kuta, Kabupaten Badung. Induk kepiting itu merupakan hasil sitaan dari Bandara I Gusti Ngurah Rai. "Kepiting dikirim dari Papua, ke Bali untuk dijadikan konsumsi. Itu melanggar aturan sehingga harus disita," tandas Kepala Balai Karantina Denpasar, Habrin Yake.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya