Nelayan NIlai Pemkot Batam Lamban Atasi Limbah

Hendri Kremer
06/4/2017 15:17
Nelayan NIlai Pemkot Batam Lamban Atasi Limbah
(MI/Ramdani)

PEMERINTAH Kota Batam melalui Dinas Lingkungan Hidup segera menyurati negara tetangga Singapura dan Malaysia untuk memastikan jenis limbah yang telah mencemari pantai Nongsa, dan limbah yang ada di sekitar Batam. Diduga limbah slug itu dibuang setiap bulan Desember setiap tahun.

"Kami secepatnya mengirim surat ke Singapura dan Malaysia untuk mengetahui apakah berasal dari dua kapal bertabrakan di Selat Philip Desember lalu, ini yang belum jelas," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Batam Dendi Purnomo, Kamis (6/4).

Menurut dia, Dinas Lingkungan Hidup Pemkot Batam telah mengambil sampel limbah dan mengirimkan ke lembaga minyak dan gas bumi (lemigas) untuk diteliti. Sekarang masih menunggu hasil uji laboraturium.

Dia menegaskaan apabila tidak sama sampel yang dimiliki dengan limbah tabrakan kapal, maka pemerinta kota Batam bertanggung jawap. Namun demikian pihaknya saat ini sedang menghitung jumlah kerugian lingkungan, dan dampak akibat limbah yang mencermari pantai Nongsa.

"Perhitungan selesai baru kami bersihkan. Tapi dicocokkan dengan data Singapura dan Malaysia. Kalau tidak cocok pemerintah yang bertanggung jawap," ujarnya.

Sementara itu, pantauan Media Indonesia di sejumlah pantai di Batam, (6/4) mendapati pantai di kawasan wisata di Barelang dipenuhi dengan slug atau bekas oli kapal. Akibatnya, banyak ikan yang mati. Hal yang sama juga terlihat di pantai Marina Tanjung Uncang.

Sejumlah nelayan yang tergabung dalam Himpunan Nelayan Selurun Indonesia (HNSI) Kota Batam meminta pemerintah daerah seperti Pemkot harusnya proaktif sejak awal. Jangan setelah terjadi limpahan limbah baru menyurati, sebab langkah itu dinilai lamban. Bahkan setelah disurati pun tidak ada tindak lanjut dari surat protes tersebut.

"Pemerintah Kota Batam lamban. Kejadian ini sudah terjadi sejak 2011 yang lalu. Prosesnya lamban sekali. Biasanya kotoran oli dari kapal tangker itu selalu dibuang pada bulan Desember setiap tahunnya," kata Rabu, ketua nelayan Pulau Ngenang, Kota Batam.

Hal ini terjadi, setiap Desember itu biasanya perusahaan Singapura melakukan pembersihan dan nelayan sering melihat kapal Singapura pemvuang limbah slug itu diperairan Kepri pada bulan tersebut. (OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya