Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Bencana Longsor, Proses Belajar Mengajar SDN Banaran Dipindah ke Masjid

Woto Narwoto
04/4/2017 14:43
Bencana Longsor, Proses Belajar Mengajar SDN Banaran Dipindah ke Masjid
(MI/Woto Narwoto)

SEKOLAH Dasar Negeri (SDN) Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Selasa (4/4), sudah dimulai kegiatan belajar mengajarnya. Namun, proses belajar mengajarnya dipindahkan Masjid Jamik Banaran. Dengan begitu anak-anak belajar dengan lesehan tanpa kursi dan cuma memakai meja.

"Hari ini proses belajar mengajar SDN Banaran kembali dilakukan. Jadi siswa diliburkan cuma sehari. Tapi proses belajarnya kita pindahkan di masjid, yang lokasinya lebih tinggi dan lebih aman," kata Kepala SDN Banaran Sukarti, Selasa (4/4).

Pada hari pertama masuk sekolah, sambung Sukarti, hanya sekitar 40 siswa. Jumlah total siswa SDN Banaran mencapai 169 anak yang berasal dari Dusun Tangkil, rajan, Gondangsari, dan Dusun Soora.

"Banyak siswa belum masuk sekolah ada beberapa faktor. Mungkin mereka masih dilarang oleh keluarganya keluar rumah karena takut ada bencana susulan, atau belum dapat informasi dari temannya, atau masih dibawa keluarganya dari wilayah Kecamatan Pulung. Sehingga mereka tidak tahu jika hari ini sudah masuk sekolah," papar Sukarti yang sudah enam tahun menjadi Kepala SDN Banaran.

Menurut Sukarti, SDN Banaran lokasinya berada di 50 meter material longsoran. Jika terjadi hujan lebat dikhawatirkan material itu menggelontor bangunan SDN Banaran. Oleh karena itu, pihaknya melakukan kegiatan belajar mengajar di Masjid Banaran, lokasinya sekitar 50 meter yang berada di dataran yang lebih tinggi. Meskipun di lokasi yang lebih tinggi, masjid tersebut juga madih di bawah bencana longsor.

"Jadi saat melakukan kegiatan belajar tadi kita semua masih dalam ketakutan. Jangan-jangan ada bencana susulan, karena hujan juga sering terjadi. Sedangkan bukit tangkil di atas dikabarkan muncul retakan lagi," tutur ibu dua putra ini.

Jika tidak dilakukan kegiatan belajar, masih kata Sukarti, juga akan merugikan anak didik. Pasalnya, siswa Kelas 6 yang terdiri 26 siswa pada 17-25 April mendatang akan melakukan ujian praktik. Malah, Senin (3/4)-Jumat (7/4) ini semestinya sudah harus melakukan ujian semester genap tapi harus ditunda pelaksanaannya karena terjadi bencana tanah longsor.

"Terus terang saya juga cemas memikirkan kelulusan siswa kami kelas enam. Sebab pada saat hendak mengikuti berbagai ujian, kini terjadi bencana tanah longsor," ucap Sukarti. (OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya