Industri Kayu Cemari Sungai Barito

Denny Susanto
02/4/2017 20:28
Industri Kayu Cemari Sungai Barito
(ANTARA/Kasriadi)

KONDISI air Sungai Barito di Kalimantan Selatan tercemar, salah satunya diakibatkan limbah industri perkayuan yang ada di sepanjang tepi sungai.

Kepala Bidang Sungai Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Banjarmasin, Joko Pitoyo, seusai mengikuti kegiatan susur sungai bersama kelompok wartawan lingkungan Komunitas Jurnalis Pena Hijau Indonesia dan mahasiswa Planologi Universitas Nahdlatul Ulama Kalsel, Minggu (2/4), mengatakan, kondisi Sungai Barito dan sub-daerah aliran sungai (DAS)-nya Sungai Martapura yang membelah Kota Banjarmasin sudah tercemar berat.

"Pencemaran disebabkan banyak hal, selain limbah rumah tangga juga limbah industri perkayuan," ungkapnya.

Ada lebih dari 100 industri kayu berupa bandsaw dan beberapa perusahaan perkayuan skala besar (plywood) yang beroperasi di sepanjang tepi Sungai Barito punya andil besar atas kondisi tercemarnya sungai. Hal ini dapat terlihat dari kondisi air sungai yang berada di wilayah Kecamatan Alalak, Kota Banjarmasin, dan Kecamatan Berangas, Kabupaten Barito Kuala, berwarna kehitaman.

Warna air ini disebabkan limbah industri kayu berupa sampah kulit kayu dan sisa gergaji serbuk dan sibitan (potongan kayu) dibuang ke sungai dan dijadikan daratan areal industri kayu.

"Dapat kita lihat langsung warna air sungai kehitaman berbeda dengan air sungai di bagian pinggiran yang masih hijau atau pun air sungai wilayah perkotaan yang kecoklatan akibat sendimentasi," tuturnya.

Selain itu, banyaknya industri kayu rakyat yang ada di sisi kiri dan kanan sungai membuat sungai menjadi sempit. Lebar Sungai Barito yang semula sekitar 100 meter tersisa hanya beberapa puluh meter saja. Demikian juga dengan hasil pengukuran kualitas air sungai yang dilakukan Balai Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) setempat juga menunjukkan terjadi pencemaran pada air Sungai Barito dan anak-anak sungai seperti Sungai Martapura dan Sungai Alalak.

Tercatat ada sekitar 120 buah industri kayu rakyat yang ada di sepanjang Sungai Barito. Sebagian dari industri tersebut tidak berizin.

Wakil Ketua Komunitas Jurnalis Pena Hijau Indonesia, Khaidir Rahman, menyebut pihaknya mengapresiasi upaya Pemkot Banjarmasin untuk menata sungai ini. Namun, kondisi sungai yang tercemar dan budaya masyarakat yang masih menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan sampah merupakan pekerjaan rumah yang berat bagi Pemkot Banjarmasin. Saat ini masih ada 102 buah sungai besar dan kecil yang membelah wilayah Kota Banjarmasin. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya