Bandara Ngurah Rai pun 'Lumpuh' saat Nyepi

Antara
28/3/2017 21:04
Bandara Ngurah Rai pun 'Lumpuh' saat Nyepi
(ANTARA FOTO/Panji Anggoro)

DERU mesin pesawat berbadan lebar yang membisingkan dan memekakkan telinga di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Bali, tak terdengar lagi saat umat Hindu di daerah itu menunaikan ibadah Tapa Brata Penyepian menyambut Tahun Baru Saka 1939.

Ya, satu-satunya pintu masuk Pulau Dewata lewat udara itu serta enam pelabuhan laut ditutup sementara selama 24 jam, sejak sebelum matahari terbit pada Selasa (28/3) pukul 06.00 Wita, hingga Rabu (29/3) besok pukul 06.00 Wita.

Penutupan pintu masuk ke Bali dari dan ke dunia internasional kali ini merupakan ke-18 sejak 1999, sesuai surat keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Kementerian Perhubungan Nomor AU 126961/DAU/7961/99, tertanggal 1 September 1999 dan diperkuat surat edaran Gubernur Bali.

Tidak hanya terhentinya fungsi jalur udara dan keenam pelabuhan laut yang menghubungkan antarpelabuhan laut di Tanah Air, namun seluruh sarana transportasi di Pulau Dewata itu pun 'lumpuh'.

"Hanya di Bali, kegiatan ritual keagamaan yang dilakukan masyarakat sampai menutup bandara dan pelabuhan laut yang selama ini tidak pernah terjadi di negara belahan dunia mana pun," kata Ketua Majelis Utama Desa Pakraman (MUDP) Provinsi Bali, Jero Gede Suwena Putu Upadesa.

Hal itu dimaksudkan untuk menyukseskan pelaksanaan Catur Tapa Brata Penyepian yang wajib dipatuhi berupa 'amati karya' (tidak melakukan kegiatan/bekerja), 'amati geni' (tidak menyalakan lampu atau api), 'amati lelungan' (tidak bepergian), dan 'amati lelanguan' (tidak mengadakan rekreasi atau hiburan, bersenang-senang, atau hura-hura).

Lewat kegiatan itu diharapkan mampu menekuni dan memantapkan ajaran agama untuk bersama-sama dapat mempertahankan Bali menjadi pusat kedamaian, ketenangan, keheningan, keharmonisan, keindahan, dan daya tarik bagi semua orang yang mendambakan makna hidup yang mendalam.

Oleh sebab itu, pelaksanaan Catur Tapa Brata Penyepian itu mendapat dukungan dan peranserta dari umat lintas-agama, bahkan Gubernur Bali Mangku Pastika sejak awal Desember 2016 telah bersurat kepada lima menteri. Kelima menteri tersebut terdiri atas Menteri Perhubungan, Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, Menteri Komunikasi dan Informasi, serta Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan.

Dengan demikian, perusahaan penerbangan dalam dan luar negeri tidak menjadwalkan penerbangan ke Bali, saat umat Hindu melaksanakan Tapa Brata Penyepian pada hari ini.

Penutupan sementara di Bali yang baru saja dinobatkan oleh laman pariwisata TripAdvisor sebagai daerah tujuan wisata (DTW) terbaik dunia 2017 dan menduduki urutan pertama berdasarkan pilihan wisatawan mancanegara itu, mengakibatkan 324 kali penerbangan ditiadakan.

"Peniadaan penerbangan tersebut terdiri atas 193 penerbangan domestik dan 131 penerbangan internasional," kata Kepala Bagian Komunikasi dan Hukum PT Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Bali, Arie Ahsanurrohim .

Bahkan, PT AirNav telah menerbitkan notice to airman (notam) atau pemberitahuan penutupan bandara kepada pelaku penerbangan dan bandara seluruh dunia dengan Nomor Notam A-3800 yang diterbitkan pada 19 Desember 2016.

"Meski ditutup, namun bandara dapat digunakan apabila ada kondisi darurat seperti pesawat yang berada dekat dengan wilayah udara Bali mengalami gangguan teknis atau ada penumpang yang memerlukan pertolongan medis," kata Kepala Bagian Komunikasi dan Hukum PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Arie Ahsanurrohim.

Pengelola juga menyiagakan 316 personel yang terdiri atas 15 petugas bagian penanganan darat, kawasan udara (18), fasilitas teknis (7), peralatan (9), Aviation Security (218), petugas pemadam kebakaran (23), dan petugas pintu parkir (26).

Demikian pula dalam mengantisipasi adanya permintaan pendaratan darurat, selama penutupan bandara juga tetap ada petugas siaga dari Angkasa Pura I, AirNav, Imigrasi, Bea Cukai, Kesehatan Pelabuhan, maskapai, dan petugas penanganan darat.

Untuk wisatawan yang menikmati Nyepi, umumnya wisatawan mancanegara terutama dari Benua Eropa sangat tertarik untuk menikmati suasana sepi, hening, dan damai saat umat Hindu melaksanakan Tapa Brata Penyepian yang dilaksanakan setiap 420 hari sekali.

Bali yang dijuluki Pulau Surga itu kehidupan saat itu sunyi-senyap bagai pulau mati tanpa penghuni karena saat itu masyarakat Hindu Bali melarang segala aktivitas warga, baik di dalam maupun luar rumah.
Bahkan malam harinya gelap gulita, karena tidak seorang pun diizinkan menyalakan lampu, atau non-Hindu lampu tidak sampai bersinar ke luar rumah. Suasana demikian sangat mendukung bagi mereka yang senang melakukan meditasi atau yoga untuk mendapatkan ketenangan batin.

"Suasana itu lah sebenarnya dinanti-natikan oleh masyarakat internasional, karena kondisi itu tidak ada duanya di belahan dunia selain di Bali," kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali Cokorda Oka Artha Ardana Sukawati.

Meski demikian, jumlahnya wisatawan mancanegara tidak begitu signifikan datang ke Bali, mengingat Nyepi bukan merupakan paket wisata. Meskipun demikian sejumlah pengelola hotel di Pulau Dewata mengundang turis dalam dan luar negeri untuk bisa menyaksikan salah satu keunikan Pulau Dewata dengan tinggal di hotel bersangkutan.

Wisatawan yang menggunakan fasilitas hotel dalam menikmati keunikan Bali itu tidak mengganggu umat Hindu melaksanakan Tapa Brata penyepian, karena mereka hanya tinggal dalam lingkungan hotel. Bali sebagai daerah tujuan wisata yang dikenal masyarakat dunia, memang harus membuka diri kepada wisatawan dalam dan luar negeri untuk menikmati keunikan yang dimiliki masyarakat setempat, termasuk 'menikmati' Hari Raya Nyepi. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya