Menteri LHK Siti Nurbaya Kukuhkan Forum DAS Barito

Denny S
26/3/2017 10:55
Menteri LHK Siti Nurbaya Kukuhkan Forum DAS Barito
(Menteri LHK Siti Nurbaya didampingi Gubernur Kalsel Sahbirin Noor melakukan penanaman pohon dan pelepasan burung. -- MI/Denny Saputra)

MENTERI Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengukuhkan kepengurusan Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito, Kalimantan Selatan periode 2017-2022. Keberadaan forum ini diharapkan mampu membantu mengatasi kerusakan kawasan hutan sepanjang DAS di wilayah tersebut.

''Keberadaan Forum DAS Barito diharapkan dapat membantu mengatasi kerusakan DAS," tutur Menteri LHK Siti Nurbaya. Pengukuhan Forum DAS Barito ini bersamaan dengan kegiatan puncak peringatan Hari Bakti Rimbawan Kalsel 2017 yang diselenggarakan di kawasan Taman Hutan Raya Sultan Adam, Mandiangin, Kabupaten Banjar, Sabtu (25/3).

Sejumlah organisasi lingkungan seperti Komunitas Jurnalis Pena Hijau Indonesia dan Walhi ikut terlibat dalam forum ini. Kepala BP DAS Barito Zainal Arifin mengatakan forum ini melibatkan pihak dari unsur instansi pemerintah dan juga organisasi lingkungan, LSM dan tokoh-tokoh masyarakat. ''Penanganan DAS Barito memang harus melibatkan semua pihak karena kondisi DAS sudah sangat kritis,'' ungkapnya, Minggu (26/3).

Penanganan kerusakan DAS juga harus melibatkan provinsi tetangga. Itu karena DAS Barito membentang lebih 900 kilometer dari wilayah Kalteng di bagian hulu hingga Kalsel di bagian hilir. Di wilayah Kalsel, lahan kritis di sepanjang DAS mencapai 731 ribu hektare.

''Program rehabilitasi kawasan hutan dan daerah aliran sungai yang dilakukan pemerintah selama ini memang belum maksimal, karena laju kerusakan jauh lebih tinggi dari kemampuan merehabilitasi,'' tutur Zainal.


Zainal menambahkan pihaknya saat ini mulai mengembangkan program rehabilitasi dengan menggunakan tanaman bernilai ekonomi bagi masyarakat. Dengan strategi itu diharapkan keikutsertaan masyarakat dalam memelihara tanaman tinggi. Sebab warga juga yang akan memanfaatkannya untuk meningkatkan penghasilan mereka.

Tanaman bernilai ekonomi dimaksud di antaranya buah-buahan, tanaman menghasilkan hasil hutan non kayu seperti gaharu, aren, kayu putih dan tanaman past growing untuk keperluan industri seperti sengon dan jabon. Selain itu kawasan hutan hasil rehabilitasi juga diarahkan untuk pengembangan jasa wisata yang dapat dikelola masyarakat, serta bio energi.

Wakil Ketua Komunitas Jurnalis Pena Hijau Indonesia Khaidir Rahman mengatakan, pihaknya sejak sekian lama telah mengkampanyekan kegiatan penanaman pohon menggunakan pohon bernilai ekonomi yang disebut pohon tanam tumbuh masa depan.

Sementara Sekretaris Forum DAS Kalsel Syarifudin Kadir menambahkan pihaknya juga mendorong pemerintah daerah untuk menerbitkan Perda DAS agar pengelolaan kawasan DAS dapat maksimal, termasuk upaya pencegahan kerusakan kawasan DAS Barito maupun DAS lain yang ada di wilayah Kalsel. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Eko Suprihatno
Berita Lainnya