Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
TIM Search and Rescue (SAR) berhasil menyelamatkan tiga nelayan yang tenggelam di Selat Pukuafu, antara Pulau Timor dan Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, kemarin (Minggu, 5/3). Tiga nelayan itu ialah Epi, 55, Santo Tanodi, 25, dan Posu, 23.
"Perahu yang mereka tumpangi dihantam gelombang tinggi dan angin kencang hingga tenggelam," kata Kepala Kantor SAR Kupang Ketut Gede Ardana.
Ardana mengatakan, sebelum perahu tenggelam, mereka sempat menelepon tim SAR. Setelah perahu tenggelam, para nelayan berpegangan pada badan perahu.
Ia mengatakan, setelah mendapat laporan, tim SAR langsung meluncur ke lokasi kejadian untuk melakukan operasi penyelamatan terhadap korban. Dalam operasi penyelamatan itu, Basarnas mengerahkan satu unit kapal SAR milik Basarnas Kupang disertai delapan anggota SAR.
Gede Ardana menjelaskan keempat korban yang berprofesi sebagai nelayan itu menumpang perahu tanpa nama untuk mencari ikan di perairan Pukuafu. "Ketika itu cuaca sedang terjadi hujan ringan disertai angin kencang sehingga memicu terjadi gelombang yang sangat keras dan menyebabkan perahu yang ditumpangi para korban terbalik," papar dia.
Evakuasi menggunakan kapal SAR. Kapal terombang-ambing di laut selama sekitar 2 jam sebelum evakuasi sekitar pukul 09.00 Wita.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun El Tari Kupang mengingatkan ancaman siklon tropis 96S yang tumbuh di laut Arafura bagian utara menimbulkan cuaca buruk di perairan NTT. Aktivitas nelayan tradisional di Kecamatan Seunuddon, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh, terganggu selama sebulan terakhir.
Panglima Laot (Lembaga Adat Laut) Kecamatan Seunuddon Amir Yusuf, di Lhokseumawe, mengatakan selama ini nelayan tidak banyak beraktivitas di laut karena kerap dilanda cuaca buruk, seperti angin kencang, ombak besar, dan hujan deras yang datang tiba-tiba.
"Misalnya pada pagi hari cuaca sedang tenang, tetapi begitu nelayan pergi melaut tiba-tiba datang cuaca buruk sehingga mereka harus pulang. Daripada mengambil risiko besar akibat angin kencang, hujan deras, dan ombak tinggi, para nelayan memilih tidak melaut," kata dia.
Dalam sebulan ini, kata Amir, aktivitas melaut para nelayan bisa dihitung dengan jari. Jika ada yang pergi melaut, nelayan tidak terlalu jauh melaut dari daratan agar bisa segera pulang apabila cuaca buruk.
Amir menambahkan, kalaupun para nelayan melaut, hasil tangkapan nelayan tidak maksimal. "Bahkan, biaya pengeluaran saat akan berangkat melaut tidak seimbang dengan hasil tangkapan mereka." (PO/Ant/N-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved