Minimnya Jalan dan Energi Jadi Tantangan

28/2/2017 04:30
Minimnya Jalan dan Energi Jadi Tantangan
(ANTARA/Kornelis Kaha)

KETERSEDIAAN infrastruktur jalan, lahan, dan energi menjadi tantangan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk menarik investasi dari luar daerah.

"Selain infrastruktur, masalah ketersediaan lahan untuk investasi, sengketa lahan, dan ketersediaan energi listrik," kata Gubernur NTT Frans Lebu Raya di Kota Kupang, kemarin.

Dia mencontohkan, akses jalan sejumlah kecamatan di Kabupaten Kupang memprihatinkan, yaitu ruas jalan berlubang dan berbatu.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang NTT Andre Koreh menjelaskan selama ini pembangunan infrastruktur di NTT masih tertinggal jauh jika dibandingkan dengan daerah lain.

Kondisi seperti itu mendorong Presiden Joko Widodo untuk menggenjot peningkatan pembangunan infrastruktur di daerah ini.

Pada 2015, Presiden menyetujui pembangunan tujuh bendungan di NTT untuk menyediakan air bagi warga dan lahan pertanian.

Sementara itu, pemerintah pusat dan Pemprov Jawa Tengah (Jateng) menyediakan dana lebih dari Rp380 miliar untuk membangun daerah irigasi (DI) di wilayah Balai Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Tata Ruang (BPUSDATR) Serayu Citanduy.

Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan BPUSDATR Serayu Citanduy Arief Sugiarto mengungkapkan alokasi anggaran pembangunan infrastruktur bidang sumber daya air di wilayah kerja Serayu Citanduy mencapai Rp250 miliar pada 2017.

Alokasi anggaran tersebut digunakan untuk rehabilitasi DI Serayu, DI Tajum, DI Slinga, pengadaan tanah DI Slinga, DI Cikawung, rehabilitasi jaringan irigasi DI Menganti, penggantian dan perbaikan pintu DI Cihaur, serta pengadaan dan perbaikan pintu DI Sidareja.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) akan membangun drainase untuk mencegah kerusakan sejumlah ruas jalan nasional.

Dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Gabungan Pengusaha Konstruksi Indonesia (Gapensi) di Jakarta, Menteri PU-Pera Basuki Hadimuljono menjelaskan hampir seluruh jalanan yang rusak disebabkan tidak adanya drainase saat curah air hujan tinggi. Dengan demikian, air menggenang dan merusak jalan.

"Setidaknya, ada sekitar 70%-80% jalan-jalan nasional yang belum memiliki sistem drainase yang memadai," tutur Basuki.

Dia mencontohkan 270 titik ruas jalan yang berlubang di jalur pantai utara (pantura) Jawa, mulai Tegal hingga Semarang. (DW/Arv/BB/PO/VL/LD/SL/N-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya