Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
KORBAN akibatnya jatuhnya crane dalam pelaksanaan ibadah haji tahun 2015 asal Sumatra Barat menanti kedatangan Raja Salman dengan membawa serta santunan yang dijanjikan pemerintahannya.
"Sampai sekarang santunan yang dijanjikan seperti yang disiarkan media, belum kami terima. Kedatangan Raja Salman, saya ingin janji tersebut ditepati," ujar Zulfitri Zaini, 58, korban crane asal Cupak, Kabupaten Solok, kepada Media Indonesia, Minggu (26/2).
Zulfitri merupakan satu dari orang korban crane asal Sumatra Barat. Satu lagi adalah Trimurti Ali asal Koto Baru, Kabupaten Solok. Masih terngiang di ingatan Zulfitri kejadian 11 September 2015 tersebut.
Sekitar pukul 17.30 sore setelah Ia menyelesaikan Shalat Ashar, tiba-tiba jatuh crane di Masjidil Haram. Pecahan besi terbang ke segala arah dan mengenai tangan serta kakinya. Besi-besi tersebut melukai pergelangan tangan sebelah kiri, pangkal lengan sebelah kiri dan kaki sebelah kanan.
Dampaknya, Zulfitri kehilangan kaki kanannya karena harus diamputasi. Sementara tangan kirinya harus diberi pen karena mengalami patah. "Dua pen tangan kiri yang patah sudah dibuka akhir tahun lalu," jelasnya.
Setelah kejadian, Zulfitri didata oleh anggota Kedubes Indonesia. Orang Kedubes Indonesia tersebut menyampaikan, korban akan mendapatkan asuransi dan santunan dari Pemerintah Arab Saudi sebesar 1 juta Riyal atau sekitar 3,8 Miliar Rupiah.
Namun setelah korban kembali ke Tanah Air tanggal 2 Oktober 2015 hingga saat ini, korban tidak menerima bantuan, santunan ataupun asuransi apapun dari Pemerintahan Arab Saudi.
Dia mengakui, bulan Januari 2016, mendapatkan uang senilai Rp7.400.000. Namun uang tersebut merupakan asuransi dirinya sebagai jamaah haji, bukan santunan yang dijanjikan pemerintah Arab Saudi.
Uang sebesar itu pun tidak cukup menutupi pengeluaran untuk pengobatan dari sakit yang diderita. Setidaknya di tahun 2016, Zulfitri telah melakukan dua kali operasi. Pertama, operasi pengeluaran pen yang di pasang pada pergelangan tangan sebelah kiri korban dan operasi akibat tumbuhnya benjolan di bekas luka pada bagian lengan korban.
"Saya melakukan pemeriksaan rutin terhadap kaki dan membuat kaki palsu sebesar Rp28.500.000," jelasnya.
Hingga saat ini, belum ada pihak manapun menghubunginya terkait dengan dirinya sebagai korban. Bukan hanya pemerintah Arab Saudi tapi juga Kemenag sendiri. Sehingga dia merasa, diabaikan begitu saja.
Untuk itu, di balik kedatangan Raja Salman, dia berharap ada realisasi janji. Bukan sekedar menggambarkan Raja Salman membawa banyak uang untuk pergi liburan, tapi juga memberikan hak dia sebagai korban.
"Bukan kami berdua saja sebetulnya. Saya tanya ke korban asal Pulau Jawa, juga belum menerima katanya," tukasnya.
Beberapa waktu belakangan, setelah haknya tidak kunjung diberikan, Zulfitri mengadu ke Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang. Direktur LBH Padang Era Purnama Sari mengatakan, Zulfitri Zaini, seorang jamaah haji yang menjadi salah seorang dari 33 jamaah haji Indonesia korban crane yang belum menerima haknya yang dijanjikan pemerintah Arab Saudi.
"Awal bulan Januari 2017 lalu, Guru SMA N 1 Talang Kabupaten Solok itu mengadu ke LBH Padang karena belum mendapat santunan yang dijanjikan pemerintah," jelas Era.
Ditegaskan Era, hingga saat ini, dia belum ada sedikitpun uang santunan, asuransi atau sejenisnya yang diterima oleh korban.
Koordinator Divisi Bantuan Hukum LBH Padang, Indira Suryani mengatakan LBH Padang menuntut Pemerintah Indonesia untuk pro aktif mendesak Pemerintahan Arab Saudi memberikan santunan, asuransi dan ganti rugi terhadap korban sesegera mungkin demi pemenuhan dan perlindungan hak-hak korban.
"Ini merupakan tanggung jawab Pemerintah Indonesia terhadap warga negaranya, apalagi Pemerintah Indonesia dalam melakukan pengelolaan ibadah haji berkewajiban melayani, melindungi dan memastikan keamanan jemaah haji. Ini sejalan dengan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaran Ibadah Haji," ujarnya.
Menurutnya, pihak LBH Padang sudah menyurati Kementerian Agama, Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Besar Arab Saudi untuk Indonesia tertanggal 13 Januari 2017, akan tetapi sampai saat ini sudah hampir satu bulan, pihak-pihak tersebut tidak memberikan respons.
Terkait kunjungan Raja Arab Saudi dan rombongan ke Indonesia 1-9 Maret nanti, LBH Padnag minta jangan lupakan janji ke korban crane. LBH Padang mengingatkan Raja Arab Saudi untuk tidak melupakan janji kepada korban crane di Arab Saudi pada September 2015. Ada 33 orang jamaah haji Indonesia yang korban kecelakaan crane, dua di antaranya meninggal dunia.
"LBH Padang atas nama korban Crane Zulfitri Zaini, kembali mengingatkan Raja Arab Saudi terhadap janjinya sendiri dan meminta Presiden Jokowi mendesak Raja Arab untuk segera menepati janjinya terhadap korban-korban kecelakaan crane," tukas Era.
Dia menambahkan, nasib korban crane sekarang bergantung pada kegigihan Pemerintah Indonesia mendesak Pemerintahan Arab Saudi. Bahwa ada 33 jemaah haji asal Indonesia yang menunggu pertanggungjawaban Pemerintahan Arab Saudi. Presiden tidak boleh lupa akan itu, menagih janji Raja Arab Saudi selama kunjungannya ke Indonesia. OL-2
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved