Pencetakan Sawah Baru Terkendala Jaringan Irigasi dan Anggaran

Agus Utantoro
26/2/2017 14:19
Pencetakan Sawah Baru Terkendala Jaringan Irigasi dan Anggaran
(ANTARA/Basri Marzuki)

PEMKAB Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta mengaku kesulitan untuk mencetak sawah-sawah baru. Kendala yang menghalangi pencetakan sawah baru itu diantaranya jaringan irigasi dan keterbatasan anggaran.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kabupaten Kulonprogo, Bambang Tri Budi menjelaskan, pencetakan sawah baru dipersyaratkan adanya dukungan infrastruktur jaringan irigasi dan ketersediaan air.

Ia menyebutkan, potensi cetak sawah baru di Kulonprogo lebih dari 400 hektare. “Tetapi untuk merealisasikan perlu dukungan infrastruktur jaringan irigasi,” ujarnya, Sabtu (25/2)

Menurut dia, perluasan lahan sawah baru sangat mendesak dilakukan. Hal ini untuk mengantisipasi alih fungsi lahan akibat mega proyek pembangunan bandara baru di Kecamatan Temon dan kawasan pendukung yang luasannya mencapai 350 hektare. Berdasarkan Survei Investigasi Desain (SID) lahan cetak sawah baru, potensi lahan mencapai 400 hektare. “Cetak sawah baru ini akan memanfaatkan lahan hutan rakyat,” katanya.

Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman, imbuhnya, tengah membangun sipon-sipon dan Bendungan Tawang. Setelah selesai pembangunan sipon dan Bendungan Tawang (Pengasih) akan dipetakan lagi. Potensi lahan khusus Bendungan Tawang lebih dari 250 hektare. “Potensi diatas 250 hektare,” katanya.

Selain itu ia mengatakan Dinas Pertanian dan Pangan siap mencetak sawah baru seluas 104 hektare dengan syarat Pemerintah Provinsi DIY atau bahkan pemerintah pusat memberikan anggaran pembanguan infrastruktur irigasi.

Ia mengatakan potensi cetak sawah baru rencananya di Desa Sidomulyo seluas 50 hektare dan Desa Donomulyo 54 hektare. “Sebenarnya bisa lebih. Namun kembali terkendala tidak adanya jaringan irigasi,” katanya.

Ia mengatakan DPP telah mengidentifikasi potensi cetak sawah baru dan telah menyusun SID lahan. Berdasarkan identifikasi dan SID, cetak sawah di Sidomulyo seluas 50 hektare membutuhkan infrastruktur jaringan irigasi yang biayanya Rp6 miliar. “Kalau hitung-hitungan investasi, cetak sawah seluas 50 hektare dengan biaya Rp6 miliar, akan kembali modal dalam satu tahun. Misalnya satu kali panen menghasilkan 500 ton dan harga gabah kering giling Rp4.000 per kg, maka sekitar Rp2 miliar setiap kali panen,” katanya.

Selain di Sidomulyo, lanjut Bambang, potensi cetak sawah baru di Desa Donomulyo, Kecamatan Nanggulan seluas 54 hektare. Namun, membutuhkan infrastruktur irigasi 300 meter. Irigasi nantinya akan dibuat talang di Pedukuhan Lengkong dan air yang ditalang berasal dari Kalibawang, serta jaringan irigasi sepanjang dua kilometer. “ Anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp45 miliar,” ujarnya.

Menurut informasi tambahnya lagi, Kementerian Pertanian siap memberikan bantuan anggaran cetak sawah baru sebesar Rp100 miliar. “Namun, hingga saat ini kami belum mendapat kepastian,” katanya. OL-2



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya