Tanah Longsor Hantam Lima Rumah di Ciamis

Kristiadi
19/2/2017 18:15
Tanah Longsor Hantam Lima Rumah di Ciamis
(ANTARA FOTO/Adeng Bustomi)

HUJAN deras yang membawa material tanah longsor telah menyebabkan lima rumah berada di Kampung Cigarunggang, Desa Cijulang, Kecamatan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis, mengalami kerusakan. Sementara belasan rumah lainnya rusak ringan setelah diterjang angin kencang terjadi pada pukul 15.00 WIB. Beruntung, kejadian tersebut tidak menimbulkan korban jiwa.

"Hujan deras disertai angin kencang telah menyebabkan tanah longsor merusak lima rumah milik Atim, 58, warga Cipurut, Maman, 60, Oji, 45, Nonoh, 55, dan Wawan, 52, warga Cigarunggang. Sedangkan, rumah lainnya mengalami kerusakan ringan setelah diterjang angin kencang tetapi dalam kejadian itu tidak ada korban jiwa," kata Ketua Taruna Siaga Bencana, Ade Waluya, Minggu (19/2) petang.

Ade mengatakan, hujan deras disertai angin kencang membawa material tanah longsor telah menyebabkan lima rumah milik para warga tersebut rusak, terutama pada bagian dinding yang jebol.

"Kami meminta agar masyarakat berada di bawah atau di atas tebing harus selalu waspada kejadian tersebut, mengingat hujan deras akan terus terjadi hingga Maret dengan intensitas cukup tinggi," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya, EZ Alfian, mengungkapkan, hujan deras yang terjadi beberapa bulan terakhir telah menyebabkan banyak bencana di wilayahnya seperti pergerakan tanah, banjir, dan longsor. Bencana yang terjadi kali ini berada di Kampung Cinehel, Desa Tanjungsari, Kecamatan Salawu.

"Bencana tanah longsor dan pergerakan tanah yang terjadi di Kabupaten Tasikmalaya memiliki kultur tanah yang labil dan telah masuk pada zona merah berada di Kecamatan Salawu, Pageurageung, Puspahiang, Parungponteng, Bojonggambir, dan Kecamatan Taraju. Sedangkan, zona kuning berada di Kecamatan Cineam, Cigalontang, Cisayong, Karangjaya, Cipatujah, Cikalong dan Sukaresik harus waspada," katanya.

Alfian mengungkapkan, pergerakan tanah dan tanah longsor yang sering terjadi di Kecamatan Salawu tersebut masih dalam kajian Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Namun, masyarakat yang telah menempati rumah bertahun-tahun secara bertahap mengosongkan rumahnya. Karena, getaran yang mereka rasakan sering terjadi saat kondisi hujan dan tidak hujan.

"Pemilik rumah yang tinggal di lokasi berjumlah 53 kepala keluarga atau 206 jiwa secara bertahap telah meninggalkan rumah mereka, tetapi sebagian masih tetap bertahan karena kebutuhan untuk menghidupi keluarga mereka mengandalkan lahan yang telah ditanami sayuran dan kebutuhan lainnya," paparnya. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya