Memanen Dini Padi Berkubang Air

Akhmad Safuan/N-3
18/2/2017 03:51
Memanen Dini Padi Berkubang Air
(MI/LILIEK DHARMAWAN)

HUJAN deras masih mengguyur pantai utara (pantura) Jawa Tengah.

Banjir pun belum surut di sejumlah kabupaten seperti Pati, Jepara Kudus, Demak, Semarang, Kendal, dan Brebes.

Ketinggian air mulai 20 cm hingga 150 cm akibat meluapnya sungai dan tanggul jebol yang menyebabkan ribuan orang mengungsi.

Di tengah hujan deras, Sunarwi, 45, petani di Desa Sayung, Demak, masih menyempatkan waktu untuk memanen dini padi yang sebetulnya baru siap dipanen pekan depan.

Ia bersama rekan-rekannya bergerak cepat menyelamatkan tanaman padi yang sudah terendam air.

Ketinggian air di persawahan milik Sunarwi sudah mencapai 100 cm.

Bahkan tanaman padi sudah tidak tampak karena terendam air.

Hanya sebagian pucuk tanaman padi terlihat di antara lautan air.

Tubuh Sarnawi sudah membiru karena kedinginan. Giginya gemeretuk dan tangannya gemetar karena terlalu lama berendam di air.

Namun, ia dan teman-temannya bekerja keras segera menyelamatkan tanaman padi yang masih terendam.

Ia harus mengerahkan sekuat tenaga untuk memotong padi dengan sabit dan meletakkan padi-padi yang sudah menguning ke papan bambu.

Air yang merendam tanaman padi menetes deras.

"Sebenarnya masih di sekitar satu atau dua pekan lagi baru dapat dipanen. Namun, sudah sepekan lebih tanaman padi terendam banjir. Kami khawatir malah tidak bisa dipanen sama sekali," ujarnya.

Ia pun bergegas ke tepi sawah untuk menaruh tumpukan tanaman padi yang sudah dipotong.

Sejumlah petani mengaku saat ini tidak bisa panen karena produksi padi merosot drastis.

Pratikno, 56, rekan Sunarwi, mengatakan dalam kondisi normal, persawahan miliknya bisa menghasilkan gabah 2-3 ton per hektare.

"Sekarang akibat panen dini hanya mendapatkan 3-5 kuintal per hektare. Kualitas gabah juga rendah karena banyak yang belum berisi sempurna. Kadar airnya juga tinggi," kata Pratikno.

Aktivitas sama juga dilakoni para petani di Desa Undaan, Kudus.

Mereka terpaksa memanen dini tanaman padi yang terendam banjir.

Lain pula nasib yang dialami petani di Desa Undaan, Kudus.

Ribuan hektare tanaman padi yang siap panen hingga kini masih terendam banjir.

Bahkan petani kesulitan mencari cara untuk bisa memanen dini karena harus menyeberangi sungai yang cukup deras airnya.

Di dekat area persawahan terdapat jembatan bambu, tetapi para petani tetap kesulitan memanen dari atas jembatan karena derasnya air.

"Kualitas gabah pasti rendah karena sudah hampir dua pekan terendam banjir. Makanya harga gabah anjlok dari Rp3.600 per kg menjadi Rp2.500 per kg," kata Suparno, 60, petani dari Undaan.

Berbagai cara ditempuh petani agar banjir lekas surut.

Salah satunya menyedot air.

Namun, dengan meluapnya Sungai Wulan dan hujan yang masih turun, upaya penyedotan itu tidak maksimal.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya