Suara Pemimpin: Ikhlas ketika tidak Menjabat

14/2/2017 08:44
Suara Pemimpin: Ikhlas ketika  tidak Menjabat
(ANTARA/M Agung Rajasa)

Berbeda dengan kebanyakan kepala daerah, Mayor (purn) Yoyok Riyo Sudibyo menepati komitmen untuk mengakhiri jabatan di periode pertama sebagai Bupati Batang, Jawa Tengah. Padahal, beragam prestasi telah dia ukir selama memimpin.

Untuk lebih dapat mengetahui gagasan dan pikiran peraih penghargaan Bung Hatta Anti-Corruption Award (BHACA) 2015 itu, wartawan Media Indonesia Akhmad Safuan mewawancarai Bupati Batang Yoyok Riyo Sudibyo. Berikut petikannya.

Mengapa Anda tidak bersedia mencalonkan diri kembali sebagai Bupati Batang?
Jabatan apa pun yang kita emban ialah amanah yang harus dipertanggungjawabkan dunia dan akhirat sehingga siapa pun harus ikhlas dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan amanah tersebut. Demikian juga ketika sudah tidak menjabat, harus ikhlas dan menerima. Karena ini bukan berarti tamat riwayat untuk tetap berkarya karena masih ada hari esok dan tempat untuk berkarya serta mengabdi untuk bangsa.

Dengan dasar itulah saya tidak bersedia lagi dicalonkan atau mencalonkan diri. Ini juga sesuai dengan janji yang pernah terucap ketika memulai menjabat bupati, bahwa saya hanya akan menjabat satu periode.

Bahkan, untuk ke depan saya belum berpikir terlalu jauh akan menjadi apa. Semua mengalir mengikuti takdir yang ada.

Apa saja perubahan di Batang selama kepemimpinan Anda?
Tanpa niat menyombongkan diri, telah banyak dicapai. Mulai partisipasi masyarakat yang tinggi dalam pembangunan juga adanya peningkatan pendapatan asli daerah (PAD). Pada 2012 PAD Batang Rp67 miliar lalu pada 2016 mencapai Rp186 miliar.

Pembangunan yang berpihak kepada rakyat penting. Bisa dibayangkan jika rakyat miskin dan sulit berusaha sehingga kesulitan membayar pajak dan kewajiban lainnya. Walhasil, PAD juga akan seret. Ujung-ujungnya, pemerintah sulit membangun daerah karena keterbatasan anggaran.

Dengan demikian, saya menomorsatukan pemenuhan kebutuhan rakyat untuk berusaha. Seperti, mempercepat pengalihan tanah yang sudah belasan tahun terbengkalai karena ditinggal pemegang sertifikat hak guna usaha (HGU). Tanah itu kemudian dibagikan ke petani. Lalu, membangun pasar tradisional modern yang dibagikan kepada para 2.090 pedagang secara gratis. Masih banyak lagi seperti membuka lapangan kerja baru.

Apa yang Anda peroleh selama menjadi pemimpin?
Banyak sekali, terutama ilmu dan saudara baru. Kalau menyangkut harta, alhamdulillah dari mempunyai 60 toko di Papua dan Batang, selama lima tahun memimpin hanya tersisa empat buah. (N-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya