Gelombang Laut Tinggi, Sejumlah Pelayaran masih Ditutup

Arnoldus Dhae
09/2/2017 10:03
Gelombang Laut Tinggi, Sejumlah Pelayaran masih Ditutup
(ANTARA/Ahmad Subaidi)

HINGGA kemarin gelombang laut di sejumlah perairan di wilayah Indonesia cukup berbahaya dilalui kapal. Bahkan, di sejumlah daerah, pelayaran berhenti sama sekali.

Di Bali, otoritas pelabuhan menutup total aktivitas pelayaran di beberapa titik karena ancaman gelombang tinggi yang mencapai 4 meter sampai tiga hari ke depan.

Kepala Kantor Unit Penyelenggaraan Pelabuhan Kelas III, Maqhi, menjelaskan surat edaran penutupan aktivitas pelayaran sudah dikeluarkan pada 6 Februari lalu.

"Kita meminta seluruh aktivitas pelabuhan ditutup karena gelombang tinggi menerjang perairan Bali. Ini sangat berbahaya. Maka kita tutup semua pelayaran," jelas Maqhi di Denpasar, kemarin.

Meski otoritas pelabuhan Bali telah mengeluarkan surat edaran larangan aktivitas pelayaran, ada juga operator pelayaran yang mengabaikan. Seperti operator pelayaran di Pelabuhan Rakyat Sanur yang sering melayani rute Sanur-Nusa Penida-Nusa Lembongan yang masih melakukan aktivitas pelayaran seperti biasa.

Dari Jawa Tengah, gelombang laut tinggi kembali terjadi di Laut Jawa hingga mencapai 2,5 meter dengan kecepatan angin 10-25 knot.

Ribuan kapal nelayan dan kapal penyeberangan di sekitar pantai utara Jawa menghentikan aktivitas pelayaran hingga cuaca membaik. "Sejak beberapa hari ini kami tidak berani melaut karena gelombang laut tinggi," kata Wahyono, 45, nelayan di Juwana, Pati.

Hal senada juga diungkapkan Adi dan ribuan nelayan lainnya di Bandengan, Jepara. Mereka mengisi waktu dengan membenahi jaring dan kapal.

Kapal penumpang yang melayani penyeberangan Jepara-Karimunjawa dan Tanjung Emas-Karimunjawa juga dihentikan sampai kondisi kembali normal.

Bahkan puluhan kapal layar motor (KLM) barang jenis pinisi yang biasa melayani angkutan barang Tanjung Emas-Kalimantan memilih tidak berlayar untuk sementara.

Tidak melaut
Cuaca buruk selama dua minggu terakhir di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, membuat sebagian besar nelayan di pantura Jawa Timur memilih tidak melaut. Bahkan, nelayan-nelayan yang berdomisili di Desa Pambon, Sendangharjo, dan Brondong sudah sebulan tidak melaut.

Cuaca buruk juga menyebabkan sebuah kapal tongkang terdampar di perairan Sapudi, tidak jauh dari Pulau Gili Iyang, Kecamatan Dungkek, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Kapal yang tidak diketahui identitasnya itu diduga terdampar akibat cuaca buruk.

Menurut warga Pulau Gili Iyang, tongkang tersebut diketahui berada di perairan itu pada Rabu (6/2) pagi. Kondisinya kosong dan dalam keadaan lego jangkar. Diperkirakan, tongkang itu akan menuju Kalimantan untuk mengangkut batu bara.

Di Sumenep, tingginya ombak menyebabkan dua orang penjala ikan di Kecamatan Ambunten dilaporkan hilang dihantam ombak. Kedua korban itu bernama Abdul Razak dan As'ad.

Selain gelombang laut tinggi, ancaman bencana lainnya ialah banjir dan angin kencang yang menimbulkan kerusakan. Angin puting beliung menyebabkan 150 rumah di Pangkalpinang, Babel, rusak. Di sisi lain, banjir masih terjadi di Bengkulu, Sidoarjo, Demak, dan Semarang.

Pemkab Sidoarjo, Jawa Timur, terpaksa menyodet Sungai Golondoro yang selama ini menyebabkan lima desa di Kecamatan Jabon kebanjiran.(RF/MG/HS/AS/RS/MG/YK/PT/N-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya