Berakit-rakit Dahulu, Jembatan Kemudian

02/2/2017 09:43
Berakit-rakit Dahulu, Jembatan Kemudian
(HUMAS PEMPROV KALBAR)

RAKIT bambu menjadi urat nadi di Dusun Unyak di Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. Keberadaannya menentukan nasib pendidikan warga karena diandalkan para siswa untuk menyeberang saat bersekolah.

Begitu pula akses pelayanan kesehatan dan aktivitas lainnya mengandalkan rakit sebagai sarana penyeberangan. “Sekali bawa (menyeberang) bisa empat hingga lima sepeda motor setiap rakit,” kata Buijin, 72, warga setempat.

Namun, deretan rakit bumbu kini hanya terparkir begitu saja di pinggir Sungai Landak. Mereka tidak lagi hilir mudik menyeberangi sungai berair jernih tersebut. Setelah puluhan tahun melayani warga, seluruh sarana penyeberangan itu harus berhenti beroperasi.

Rakit bambu tidak lagi diandalkan warga saat menyeberangi Sungai Landak selebar 30 meter tersebut.

Keberadaan rakit bambu digantikan dengan jembatan gantung yang diresmikan Gubernur Kalbar Cornelis pada Rabu (25/1) lalu.

Pembangunan jembatan di dusun yang berada di Desa Sempatung, Kecamatan Air Besar, itu telah lama diimpikan warga sebagai pembuka keterisolasian.

Walaupun siap melayani warga sepanjang hari, rakit bambu tidak selamanya bisa diandalkan. Alat transportasi itu bakal berhenti beroperasi pada saat musim air pasang tinggi. Arus deras bisa menyeret dan menghanyutkan rakit beserta muatannya.

Jembatan Unyak membentang lebih dari 60 meter di atas Sungai Landak dan menghubungkan Dusun Unyak dengan Kuningan.

Jembatan gantung selebar 3 meter itu ditopang dengan jalan akses sepanjang 30 meter. Pengerjaaannya selama setahun dengan pagu anggaran Rp1 miliar.

Pengerjaan Jembatan Unyak bagian dari proyek pembangunan jalan di Air Besar pada 2013-2016. Jalan yang dibangun di antaranya ruas Serimbu-Betung-Tengon, dan Serimbu-Mangar-Nyari. “Ada sekitar Rp55 miliar yang dianggarkan pemprov untuk membangun ruas jalan di wilayah Air Besar,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Landak Erani.

Jalan beserta jembatan gantung itu memperlancar mobilisasi warga Unyak dan wilayah di sekitarnya. Mereka bisa kapan saja bepergian tanpa harus antre atau menunda keberangkatan gara-gara rakit tidak beroperasi karena air sedang pasang tinggi.

Jalan dan jembatan di Unyak juga merupakan sarana vital bagi negara sekaligus akses menuju perbatasan Indonesia-Malaysia di Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, dan di Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang.

“Tolong dijaga baik-baik jembatan ini. Jangan ada yang mengambil baut dan kawatnya, atau malah membuka lantainya. Besinya juga jangan sampai dikilo (dipereteli untuk dijual),” pesan Cornelis kepada warga. (Aries Munandar/N-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya