Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
HINGGA saat ini, Demam Berdarah Dengue (DBD/demam denggi) masih menjadi endemik di wilayah Kota Yogyakarta. Menurut data yang ada di Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, pada 2016 terjadi 1.706 kasus demam denggi dan 13 diantaranya meninggal dunia. Sedangkan pada 2017 hingga 25 Januari ini sudah terjadi 53 kasus demam denggi di Kota Yogyakarta.
Untuk menekan angka kejadian, EDP (Elliminate Dengue Project) akan mengembangkan upaya pencegahan penyebaran demam denggi dengan cara melepaskan lebih banyak lagi nyamuk aedes aegypti ber-wolbachia.
“Tahun lalu kami telah melakukan penelitian 6 kelurahan di Kota Yogyakarta, dan pada tahun 2017 ini kita akan memperluas kegiatan penerapan Aedes aegypti ber-Wolbachia di 24 klaster yang tersebar di wilayah Yogyakarta,” kata Peneliti Utama EDP Yogya, Prof Adi Utarini.
EDP Yogya sendiri merupakan kegiatan penelitian yang dilaksanakan oleh Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran UGM dan didanai oleh Yayasan Tahija yang mengembangkan metode alami untuk mengurangi kasus demam denggi dengan menggunakan bakteri Wolbachia. Menurut penelitian yang telah dilakukan, bakteri ini terbukti mampu menghambat perkembangan virus demam denggi di dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti.
Dalam tahap penelitian kali ini, tim EDP Yogya akan menyebarkan 8.000 ember yang masing-masing berisi 100-120 telur nyamuk ber-Wolbachia. Untuk memperoleh bukti ilmiah yang kuat, EDP Yogya memerlukan dua wilayah, yaitu
wilayah yang akan mendapatkan penitipan telur ber-Wolbachia atau wilayah intervensi serta wilayah pembanding.
Pemilihan kluster yang akan menjadi wilayah intervensi serta wilayah pembanding akan dilakukan secara acak melalui proses pengacakan yang dilakukan secara terbuka di hadapan perwakilan dari berbagai kelurahan yang dilibatkan di Balai Kota Yogyakarta pada Rabu (25/1). Adi berharap
keterlibatan warga dalam penentuan wilayah ini dapat mendorong warga untuk turut berpartisipasi dalam upaya pengendalian demam denggi.
“Pemilihan sampel dalam proses penelitian pada umumnya dilakukan secara acak oleh tim peneliti. Tapi untuk tim EDP kami ingin melibatkan warga karena partisipasi masyarakat sangatlah penting,” ujarnya.
Program penelitian yang telah berlangsung di Provinsi DIY sejak tahun 2014 ini mendapat respons baik dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta yang juga gencar melakukan kampanye dan upaya pengendalian demam berdarah.
“Kami mendukung sekali penelitian ini, mengingat saat ini beban demam denggi Kota Yogya tergolong masih mengkhawatirkan,” papar Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, drg Fita Yulia Kiswororini.
Dalam kesempatan ini ia memaparkan bagaimana persebaran demam denggi sudah begitu luas. Data tahun 2016 menunjukkan bahwa kasus demam denggi telah menjangkit setiap kelurahan di Kota Yogyakarta hingga tidak ada satu pun wilayah yang aman dari ancaman demam denggi. Karena itu, ia berharap
masyarakat yang sudah dipercaya untuk memelihara telur nyamuk ber-Wolbachia ini dapat benar-benar berkomitmen hingga akhir masa penelitian sehingga nantinya dapat tampak hasil yang baik dari penelitian ini.
“Harapannya penelitian ini dapat berkembang dengan baik dan hasilnya nanti akan sama-sama terlihat juga. Melalui hal ini kita akan mulai upaya dari Jogja untuk Indonesia, kita membebaskan masyarakat dari ancaman demam berdarah,” ujarnya. (OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved