Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Pantau Gajah Liar dengan Kalung GPS

FD
17/1/2017 13:33
Pantau Gajah Liar dengan Kalung GPS
(ANTARA/Wahdi Septiawan)

GUNA mengimplementasikan upaya mitigasi atau pengurangan konflik manusia-gajah, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh bekerjasama dengan tim kedokteran hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, memasang GPS Collar pada salah satu gajah liar di Gampong Lala, Kecamatan Mila, Kabupaten Pidie, Aceh.

Kapala BKSDA Aceh, Sapto Aji Prabowo di Banda Aceh Selasa (17/1) mengatakan pemasangan GPS Collar tersebut untuk mendukung sistem peringatan dini mitigasi konflik satwa dimasa mendatang. GPS Collar ini akan terpantau pergerakan harian kelompok gajah setiap 4 jam sekali.

"Ini membantu kami untuk memprediksi pola gangguan dan memudahkan masyarakat setempat untuk mengantisipasinya. Konflik gajah dengan manusia semakin meresahkan di Aceh. Seperti baru saja terjadi di perdalaman Kabupaten Pidie, kawanan gajah mengobrak perkebunan warga," katanya.

Menurutnya, GPS Collar ini akan berfungsi mendeteksi asal keberadaan kelompok gajah tersebut. Selanjutnya dilakukan analisa penyebab imigrasi kelompok gajah ini ke wilayah Mila dan Keumala. Karena sebelumnya, kedua wilayah ini bebas konflik gajah.

"Besar kemungkinan kelompok gajah ini berasal dari kawasan hutan di sekitar Jantho dan Seulawah Inong. Bahkan tidak menutup kemungkinan juga terhubung dengan habitat gajah yang berada di Seulawah agam. Data GPS Collar ini akan membantu kami dalam melakukan rencana pengelolaan habitat gajah ini bersama Pemerintah Daerah dan masyarakat," terangnya.

Ia menjelaskan, bahwa kelompok gajah di Kecamatan Mila berjumlah sebanyak 23 ekor dengan komposisi yang baik, karena terindikasi adanya sekitar 6 ekor anakan dan 2 ekor jantan muda.

"Dokter hewan Unsyiah telah menjamin, GPS Collar di tubuh gajah itu tak berbahaya karena dalam tempo 2 tahun akan terlepas sendiri nantinya," terangnya.

Sementara itu, seekor gajah liar yang tewas di Desa Jambo Reuhat, Kecamatan Banda Alam, Aceh Timur terdapat sejumlah bekas luka tembak di bagian badannya.

"Kami temukan lima bekas tembakan di tubuhnya. dibagian leher dan sebagian tubuhnya," lanjutnya.

Meski demikian, BKSDA tidak menemukan proyektil peluru sehingga tidak diketahui jenis senjata yang digunakan guna menembak satwa dilindungi tersebut.

"Kami belum bisa memastikan apakah gajah ini ditembak karena memang diburu atau ada faktor lainnya," sebutnya.

Menurutnya, gajah jantan itu diperkirakan 30 tahun dan ditemukan dalam kondisi membusuk serta bagian tubuh, yaitu gading hilang.

"Diperkirakan gajah itu berusia 30 tahun. Saat ditemukan tujuh hari lalu sudah membusuk," lanjutnya.

Guna menindaklanjuti temuan itu, pihak BKSDA telah membuat laporan kematia gajah ke polisi. Ia berharap, pelaku segera ditangkap dan diproses hukum.

"Meski sulit menemukan pelakunya, kami berharap polisi bisa mengungkap kasus kematian gajah itu. Kepada masyarakat, kami juga mengajak untuk bersama-sama menyelamatkan satwa dilindungi tersebut," pungkasnya.

Tidak jauh dari lokasi itu, seekor anak gajah juga ditemukan mengalami malnutrisi atau gizi buruk, karena lama terpisah dari induknya di Gampong Jambo Reuhat, Kecamatan Banda Alam, Kabupaten Aceh Timur.

Berdasarkan informasi, gajah itu ditemukan warga di kawasan hutan perkebunan sawit PT Dwi Kencana Semesta. Saat ditemukan, kondisi gajah memprihatinkan dengan badan kurus dan tulang punggung gajah terlihat.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya