Jalan Layang Antapani Jadi Ikon Baru

29/12/2016 08:36
Jalan Layang Antapani Jadi Ikon Baru
(MI/ BAYU ANGGORO)

UPAYA Pemerintah Kota Bandung, Jawa Barat, mengu­rai kemacetan lalu lintas terus digelar. Salah satunya dengan membangun jalan layang Antapani.

Kemarin, flyover sepanjang 400 meter yang diba­ngun sejak Juni lalu mulai diujicobakan. Ribuan kendaraan dari arah Perumah­an Antapani diarahkan untuk menjajal jalan layang.

Namun, dari uji coba terlihat keberadaan jalan layang ini belum mampu memecah kemacetan di sekitar Jalan Terusan Jakarta, Antapani dan Jalan Kiaracondong. Kendaraan masih antre, mengular beberapa ratus meter.

“Ini hanya tes pola lalu lintas. Kemacetan saat uji coba ini terjadi karena ada penyempitan jalan di titik awal dan akhir jalan layang,” papar Wali Kota Bandung Ridwan Kamil.

Ia menambahkan jalan layang ini baru akan digunakan secara permanen pada 31 Desember. “Sekalian memeriahkan malam pergantian tahun.”

Kepala Dinas Perhubung­an Kota Bandung Didi Ruswandi mengatakan jalan layang yang dibangun dalam waktu relatif sangat pendek itu diharapkan bisa menjadi ikon baru bagi Kota Bandung. Berbeda dengan jalan layang lainnya, flyover ini memiliki bentuk yang unik, indah, dengan lukisan mural di semua dindingnya.

Selain fungsi mengurai kemacetan di perempatan Jalan Terusan Jakarta-Jalan Kiaracondong, jembatan ini juga memiliki keindahan dari sisi arsitekturnya.

Direktur Pengawasan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Najib Faiza, mengatakan teknik bangunan dengan baja bergelombang di jembatan ini merupakan yang pertama di Indonesia. Begitu juga dengan penggunaan beton busa.

Jalan layang dibangun dengan biaya Rp35 miliar, patungan dari APBN Rp21 miliar, APBD Kota Bandung Rp10 miliar, dan sisanya sumbangan swasta. “Mural pada jembatan ini dilukis Jon Martono dari ITB dan merupakan yang pertama di Asia Tenggara,” tambah Najib.

Di Kabupaten Sukabumi, warga mengeluhkan kondisi jalan yang rusak dari Kecamatan Cikembar hingga ke Kecamatan Jampangte­ngah. Para pengendara harus bersusah-payah saat menempuh perjalanan lewat jalan provinsi ini.

Kerusakan terparah ditemukan di ruas jalan provinsi di Desa Padabeunghar, Jampangtengah. “Mobil saya sampai tidak bisa melanjutkan perjalanan karena terjebak di jalan rusak,” kata Kocet, 32, pengemudi truk.

Di Aceh, Walhi memilih menolak rencana pemerintah membangun jalan bebas hambatan dan tol. “Kami minta dikaji ulang karena tol melintasi kebun, sawah, permukiman, embung, sekolah, dan lahan industri,” kata Direktur Walhi Aceh Muhammad Nur. (BY/BB/FD/N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya