Masa Tanggap Darurat Bencana di Aceh tidak Diperpanjang

MASA tanggap darurat bencana gempa di Aceh berakhir pada Selasa (20/12). Pemerintah setempat bersama sejumlah pihak terkait sepakat tidak memperpanjang masa tanggap darurat.

"Setelah melalui rapat koordinasi dengan berbagai pihak, maka Plt Gubernur Aceh Soedarmo memutuskan masa tanggap darurat tidak diperpanjang," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangannya, Selasa (20/12).

Status 'Bumi Serambi Mekkah', kata Sutopo, selanjutnya menjadi transisi darurat. Status itu diberlakukan selama 90 hari, terhitung mulai 21 Desember 2016 hingga 20 Maret 2017.

"Maka untuk fleksibilitas waktu, saya putuskan selama tiga bulan," tambah Soedarmo seperti dilansir Antara.

Selama masa transisi darurat, kata Soedarmo, bakal digunakan untuk membuat sekolah sementara juga memulihkan psikososial. Selama kurun waktu tiga bulan itu juga diharapkan pembangunan dalam rangka pemulihan pascabencana bisa rampung.

"Kebutuhan yang masih diperlukan adalah penyediaan prasarana sekolah, penyediaan air bersih dan MCK. Penanganan pengungsi yang masih berada di tenda-tenda pengungsian dan pembangunan infrastruktur fasilitas umum," jelas Soedarmo.

Sebelumnya, gempa 6,5 SR mengguncang Aceh pada 7 Desember. Sejak itu, Aceh ditetapkan berstatus tanggap darurat bencana sampai 14 hari.

Selama kurun waktu masa tanggap darurat, tercatat 104 orang meninggal dunia akibat gempa. Korban terbanyak ada di Kabupaten Pidie Jaya, yakni sebanyak 97 orang. Kemudian lima orang tewas di Kabupaten Pidie dan dua orang lagi tewas di Bireuen.

Tercatat, gempa menyebabkan 267 orang luka berat dan 127 orang luka ringan. Hingga 20 Desember, masih ada 85.256 jiwa yang di Pidie Jaya. Para pengungsi tersebar di 134 titik. Sementara, di Bireuen dan Pidie sudah tidak ada lagi pengungsi. (MTVN/OL-3)