Honai Natal Semarakkan Kota Sorong

20/12/2016 07:52
Honai Natal Semarakkan Kota Sorong
()

SUASANA Natal sudah mulai terasa di Kota Sorong, Papua Barat. Sejumlah honai atau pondok, lengkap dengan pernak-pernik Natal dibangun warga di banyak titik kota.

James Dawan dan keluarganya, sore akhir pekan lalu, nampak menikmati keindahan honai di kawasan Melati Raya. Wajah mereka berseri.

“Meski setiap tahun banyak honai dibangun untuk memeriahkan Natal, kami tidak pernah bosan untuk menikmati keindahannya. Pondok Natal ini unik dan harus terus dilestarikan,” papar James.

Honai Natal dibangun sederhana berbahan kayu dan jerami. Hiasan kain warna-warni dan lampu di malam hari menambah semarak keberadaannya.

Pembangunan honai Natal sudah menjadi tradisi warga di Kota Sorong dan daerah lain di Papua dan Papua Barat. Bahkan, Pemerintah Kota Sorong juga mewajibkan setiap instansi pemerintah dan swasta membangunnya di depan kantor.

Untuk mendorong pembuatan honai Natal, Pemkot Sorong juga menggelar lomba honai terindah. Ada hadiah yang disediakan untuk para pemenangnya.

“Selain untuk memuji dan memuliakan kedatangan Yesus, pembangunan honai Natal juga bisa menjadi daya tarik wisatawan,” lanjut James.

Libur Natal dan Tahun Baru juga membuat Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatra Utara, berbenah. Di objek wisata Salib Kasih, di Kecamatan Siatas Barita, misalnya, pemkab bersiap menambah jumlah permainan anak-anak.

“Penambangan fasilitas diperlukan karena jumlah pengunjung terus meningkat. Selama Natal dan Tahun Baru, akan banyak keluarga dari luar kota dan putra daerah yang merantau berlibur ke Tapanuli Utara,” papar Kepala Dinas Pariwisata Gibson Siregar.

Sayangnya, fasilitas tambahan ini tidak berlaku di objek wisata Danau Toba di Kecamatan Muara. “Tidak ada fasilitas tambahan. Pengunjung silakan datang ke Danau Toba, menikmati pemandangannya yang tidak ada duanya,” lanjut Gibson.

Di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, perayaan Natal tidak membuat Nanang, 43, antusias. Pedagang bunga di kawasan Wisata Bunga Cihideung, Parongpong, ini mengaku penjualan pohon cemara tidak seramai tahun sebelumnya.

“Tahun-tahun sebelumnya, mendekati Natal banyak warga yang membeli pohon cemara. Tahun ini, waktu tinggal satu minggu lagi, penjualan masih sepi,” kata Nanang.

Dia mengaku memiliki tujuh pohon cemara yang akan dijual. Namun, sampai kemarin, belum ada satu pun yang laku terjual.

Penurunan penjualan pohon cemara untuk Natal sudah terjadi sejak tiga tahun terakhir. Selain ekonomi, salah satu penyebabnya ialah banyaknya pohon cemara plastik yang dijual di toko-toko. “Pohon cemara asli juga relatif mahal. Harga untuk pohon setinggi 3-4 meter mencapai Rp2 juta,” tambah Aso, pedagang lain. (MS/JH/DG/N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya