Perhumasan Wajib Menyesuaikan Diri dengan Digitalisasi Informasi

Pro/H-2
17/12/2016 04:51
Perhumasan Wajib Menyesuaikan Diri dengan Digitalisasi Informasi
()

PENYEBARAN arus informasi semakin cepat seiring dengan berkembangnya berbagai jenis teknologi.

Hal tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap masyarakat, tetapi juga menjadi tantangan besar bagi berbagai profesi, termasuk perhumasan, untuk dapat menyesuaikan diri dengan digitalisasi dari berbagai sisi.

"Kita memasuki era semua mengenai real time. Hal itu membuat kecepatan dan ketepatan menjadi hal yang tidak dapat ditawar," ungkap Head of Corporate Communication Ogilvy & Mather Indonesia, Marianne Admardatine dalam diskusi bertajuk Social Media & PR Trends 2017, di Jakarta, kemarin.

Marianne mengatakan sudah menjadi kebutuhan semua bidang untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan komunikasi, termasuk digitalisasi, yang bila tidak dapat diikuti akan menimbulkan ketertinggalan.

Ketua Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) Agung Laksamana mengatakan teknologi dan internet menjadi hal yang dapat membuat sebuah profesi mengglobal, termasuk public relation.

Namun, bersamaan dengan hal tersebut, berbagai tantangan dan persaingan juga turut bermunculan.

"Sekarang tantangan khususnya di humas. Berbagai latar belakang dapat mengisi berbagai profesi, termasuk humas. Kita butuh terobosan untuk saling membantu," ungkap Agung.

Sementara itu, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Niken Widiastuti menilai media sosial merupakan pilar kelima demokrasi setelah pers yang disebut-sebut pilar keempat sebagai penyeimbang eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

"Media sosial telah menjadi instrumen yang paling berpengaruh dalam kehidupan warga," tutur Niken.

Niken berharap penggunaan media sosial yang marak akan mendorong kemajuan masyarakat ke arah yang lebih baik.

Pasalnya, informasi melalui media sosial berlangsung dengan cepat, secara instan tersaji, dan melimpah ruah sehingga masyarakat kebanjiran informasi.

"Misalnya, ada 10 berita yang bisa disiarkan langsung oleh 90 orang tanpa melihat sumbernya. Terkadang di tengah hiruk pikuk informasi, masyarakat tidak bisa membedakan mana informasi yang benar dan yang menyesatkan," tuturnya.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya