Harga Telur sudah Naik Tiga Kali

M Taufan SP Bustan
16/12/2016 10:21
Harga Telur sudah Naik Tiga Kali
(ANTARA/Ampelsa)

HARGA telur ayam di pasaran Palu, Sulawesi Tengah, sudah naik tiga kali selama dua pekan terakhir. Penaikan harga terus terjadi karena tingginya permintaan konsumen, mengingat semakin dekatnya perayaan Hari Natal dan Tahun Baru.

“Sebelumnya Rp30 ribu, naik lagi Rp40 ribu, dan terakhir naik lagi Rp45 ribu per rak,” terang salah satu pedagang telur di Pasar Tradisional Inpres Manonda (PTIM) Palu, Muhammad Maskur, kemarin.

Salah satu peternak ayam petelur Anwar Hadi, di bilangan Palu Barat membantah terjadinya permainan harga oleh peternak. Ia mengatakan, kenaikan harga telur bukan karena stok berkurang, melainkan mengikuti pergerakan harga pakan ternak.

“Kalau harga pakan lagi naik, pasti harga telur juga kami naikkan. Nah, sekarang harga pakan memang lagi naik. Jadi harga telur juga kami naikkan,” ungkapnya.

Di Pasar Singkil, Aceh Singkil, harga telur ayam ras saat ini dihargai Rp42 ribu/papan (isi 30 butir), sedangkan sebelumnya hanya Rp33 ribu/papan. “Naiknya harga telur ini sangat menyulitkan masyarakat, terutama bagi kami yang penghasilannya pas-pasan,” ujar Andi, konsumen warung nasi goreng di Ketapang Indah, Aceh Singkil.

Di Jember, Jatim, harga telur beberapa hari lalu masih Rp16 ribu per kilogram dan kini harganya Rp20 ribu per kilogram. Naiknya harga telur ayam diiringi dengan kenaikan harga gula pasir. “Biasanya banyak orang yang buat kue untuk kebutuhan perayaan Natal,” sebut Samik, pedagang di Jember.

Selain dua komoditas itu, harga cabai merah juga mulai meroket. Di Bengkulu, harga cabai sudah Rp80 ribu dari sebelumnya Rp70 ribu per kg, sejak sepekan terakhir.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengakui, selisih harga antara pasar induk dan eceran masih sangat tinggi. Hal itu dikatakannya seusai meninjau Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Induk Beras Cipinang, Pasar Minggu, dan Pasar Tebet di Jakarta.

“Di Jakarta terjadi selisih harga yang tinggi. Tadi dari Pasar Induk Kramat Jati ke Pasar Minggu, lalu ke Tebet. Ini menarik untuk ditelusuri,” ujar Enggar di Pasar Induk Beras Cipinang.

Hasil pantauannya, selisih harga terbesar terjadi pada komoditas bawang merah. Di Pasar Induk Kramat Jati, sebutnya, harga bawang merah hanya Rp20 ribu-Rp25 ribu per kg. Namun, di Pasar Tebet dan Pasar Minggu bisa mencapai Rp40 ribu per kg.

Artinya, ada selisih sekitar Rp15 ribu-Rp20 ribu per kg antara pasar induk dan eceran. “Ada yang salah di sini. Mata rantai ini di pasar saja kenaikan harga hampir 100%. Ini tidak bisa dibiarkan. Kami tidak mau pedagang merugi, tapi keuntungan sebesar ini tidak baik. Kami akan telusuri, sehingga mata rantai dikurangi,” cetus Enggar.

Sementara itu, Perum Bulog Malang, Jawa Timur, mengklaim keberadaan gerai rumah pangan berhasil meredam gejolak harga bahan pokok saat ini. Ke depan, Bulog bakal menjual 11 komoditas sesuai penugasan yang diberikan pemerintah pusat.

“Memang sekarang baru menjual empat komoditas yaitu beras, minyak goreng, tepung terigu, dan gula pasir. Tapi, akhir-akhir ini mulai menjual bawang merah dan cabai,” ujar Wakil Kepala Bulog Subdivisi Regional Malang Dian Pharamita.

Siaga 24 jam
Pada bagian lain, PT Angkasa Pura I yang mengelola 13 bandar udara memperkirakan kenaikan penumpang sebesar 18,07% saat libur Natal dan Tahun Baru nanti. Direktur Utama Angkasa Pura I Danang S Baskara mengatakan peak season akan terjadi pada 23-24 Desember 2016 dan 1-3 Januari 2017.

Dalam menghadapi cuaca ekstrem yang sering menyebabkan gangguan penerbangan, Angkasa Pura I akan mengoperasikan tiga bandara selama 24 jam di antaranya, bandara di Solo, Lombok dan Ambon.

Pemeriksaan jalur rel kereta api juga akan dilakukan PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi (Daop) 5 Purwokerto, Jawa Tengah sebagai langkah antisipatif menghadapi cuaca ekstrem. (MY/PT/Jes/Ant/BN/AU/LD/YH/N-4)

m.taufan@mediaindonesia.com



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya