Bahagia tidak Selalu Pacu Kinerja

15/12/2016 08:56
Bahagia tidak Selalu Pacu Kinerja
(Ilustrasi--MI/Duta)

Ceria di saat bekerja diyakini menjadi salah satu pemicu munculya ide kreatif yang menunjang peningkatan kinerja pekerja. Penyediaan fasilitas bermain dan gim di ruang kerja masih dilakukan berbagai perusahaan besar untuk membuat karyawan mereka bahagia.

Perusahaan raksasa berbasis teknologi asal Amerika Serikat, Google, misalnya, menyediakan beragam permainan yang biasa dijumpai di pasar malam atau taman hiburan di hampir seluruh kantor mereka. Sementara itu, perusahaan ritel sepatu Zappos mengizinkan karyawan mengenakan kostum hewan kesukaan mereka di hari-hari tertentu. Bahkan, CEO Tony Hsieh punya kebiasaan minum vodka bersama pekerja di sela rapat. Lebih gila lagi Expedia, yang ditahbiskan sebagai tempat bekerja paling menyenangkan di Inggris. Mereka mendesain kantor layaknya sebuah kelab malam plus simulator balap Formula Satu.

Sayangnya, semua fasilitas hiburan itu tidak otomatis mengubah tempat kerja menjadi menyenangkan. Berdasarkan penelitian terbaru London School of Economics (LSE), Inggris, kantor tetaplah tempat yang paling menyengsarakan.

Penelitian itu menyimpulkan memunculkan rasa bahagia di kantor mungkin bagus untuk beberapa pekerjaan, tetapi ada bukti yang menunjukkan orang yang sedang dirundung amarah atau kesedihan cenderung lebih baik dalam bernegosiasi.

“Karena itu, memunculkan emosi lain seperti marah, sedih, takut, dan tidak yakin juga penting guna meningkatkan kinerja karyawan,” ujar Profesor of Organizational Behaviour at Cass Business School, City University London, Andre Spicer, seperti dilansir Theguardian.com, Senin (12/12).

Spicer mengambil contoh Nokia, perusahaan yang dulu pernah menjadi raksasa telepon seluler global. Pada 2007, tepat saat iPhone diluncurkan, perusahaan asal Finlandia itu tidak memiliki rival seimbang. Saat itu, Nokia tengah mengembangkan sistem operasi Symbian, yang pada kenyataannya tidak mampu bekerja dengan baik.

“Para manajer tahu fakta itu, tetapi mereka enggan mengomunikasikan itu kepada karyawan karena percaya kabar buruk dapat membuat kinerja menjadi negatif,” urainya.

Karena terus mengesampingkan fakta ada sistem operasi lain yang sudah jauh lebih maju dari Symbian, perusahaan tidak menyadari kabar buruk itu. “Sementara itu, Apple dan Samsung kian maju,” sambungnya.

Hingga akhirnya, saat ini, Nokia bangkrut dan telah diakuisisi raksasa pengembang perangkat lunak dari ‘Negeri Paman Sam’, Microsoft. (Andhika Prasetyo/E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya