Gempa Susulan Terus Terjadi, Warga Aceh Takut Tidur di Rumah

RIBUAN masyarakat Pidie Jaya memilih mengungsi dan tidur di lokasi terbuka karena khawatir mengingat gempa susulan terus terjadi hingga Kamis (8/12) dini hari.

Siti Hawa, 36, salah seorang warga Desa Meue Kecamatan Trienggadeng, mengaku takut tidur di rumah karena gempa susulan terus terjadi. Apalagi pemukiman setempat berjarak tidak jauh dari laut.

"Tadi, usai salat maghrib, gempa terjadi lagi. Jadi, kami sepakat mengungsi di pondok dekat jalan besar. Apalagi desa kami dekat dengan laut," katanya.

Menurutnya, gempa susulan dan lokasi desanya yang berdekatan dengan laut membuat warga berinisiatif mengungsi. Mereka masih trauma melihat kondisi bangunan roboh akibat gempa.

"Ada puluhan warga yang ikut mengungsi di sini, meskipun tidak bisa tidur nyenyak yang penting lebih aman bersama-sama di sini," ujarnya.

Hal senada disampaikan, Haris, 56, warga Desa Deah Pangwa. Dia dan warga desa lainnya dianjurkan mengungsi di meunasah atau titik pengungsian setempat agar mudah terpantau.

"Sudah sejak maghrib kami mengungsi. Kepala desa juga mengajurkan kami sama-sama di sini," katanya.

Haris mengatakan, mereka juga telah mempersiapkan dapur umum untuk kebutuhan makan-minun masyarakat setempat.

"Ini baru ambil bantuan logistik di kantor desa. Sebagian warga masih menyiapkan kebutuhan sarapan besok pagi," pungkasnya.

Pantauan Media Indonesia, sejumlah warga masih bersiaga di titik-titik pengungsian. Mereka terlihat hanya duduk di sana, karena gempa susulan membuat mereka tidak bisa beristirahat. Sedangkan balita tidur di dalam ayunan yang diikat kain panjang. (OL-3)