Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
WALI Kota Bandung, Jawa Barat, Ridwan Kamil, memastikan moratorium pembangunan hotel masih menunggu kesepakatan pihak terkait.
“Antara REI (Realestat Indonesia), pengusaha, developer, dan Perhimpunan Hotel serta Restoran Indonesia (PHRI). Kalau ada kesepakatannya, saya mau lakukan itu (moratorium),” katanya dalam diskusi mengenai peningkatan turis mancanegara di Bandung, kemarin.
Pria yang kerap disapa Emil itu mengakui Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung tidak akan selalu mengizinkan pembangunan hotel jika kondisi sudah tidak memungkinkan. “Tidak mungkin diizinkan-diizinkan, perlu pembatasan,” katanya.
Hanya, tambah dia, antara REI dan PHRI masih berbeda pandangan. “Yang satu bilang masih cukup, yang satu bilang masih ada peluang. Kan jadi beda,” katanya.
Soal sejumlah hotel yang dijual, menurut dia, belum tentu itu terjadi karena tingkat okupansi yang rendah. “Itu mah hukum bisnis ya. Jadi, tidak laku itu bisa ekonomi makro, salah manajemen. Tidak bisa disimpulkan hotel dijual itu karena tidak laku,” paparnya.
Namun, dia enggan menjelaskan jumlah ideal hotel di Bandung. “Belum, nanti saya sampaikan. Menunggu dua narasumber yang selalu berbeda pendapat,” kata dia.
Ketua PHRI Provinsi Jabar Herman Muchtar menilai pertumbuhan hotel di Kota Bandung sudah semakin tidak terkendali sehingga perlu adanya moratorium. Berdasarkan catatan dia, jumlahnya mencapai 470 unit.
Akibatnya, tingkat hunian hotel semakin berkurang. Menurut dia, mencapai okupansi hotel sebanyak 40% saja sudah sangat sulit. “Jangankan di hari biasa, weekend saja sulit,” kata Herman.
Walhasil, lanjutnya, banyak pengelola hotel di Bandung harus merugi karena tidak mampu menutupi biaya operasional. “Banyak hotel yang nombok, lalu dijual, dan tutup,” katanya.
Pelayanan bandara
Wisatawan yang masuk ke Kota Bandung melalui Bandara Husein Sastranegara diprediksi menurun pada tahun ini.
Hingga Oktober, turis yang masuk hanya 484.772 orang jika dibandingkan dengan 2015 yang mencapai 677.628 orang.
General Manager PT Angkasa Pura II Bandung Dorma Manalu menjelaskan penumpang asing yang paling banyak mendarat di Bandung berasal dari Malaysia.
Hanya, lanjutnya, maskapai penerbangan mulai mengurangi jumlah penerbangan ke Bandung, seperti Air Asia yang kini hanya 3-4 kali dalam seminggu mendarat di Bandung dari sebelumnya 5-8 kali.
Wakil Ketua Badan Promosi Pariwisata Nasional Jawa Barat Maktal Hadiyat menilai berkurangnya penerbangan dari Malaysia ke Bandung disebabkan daya tarik Bandung sudah tersisihkan bagi wisatawan Malaysia.
Menurut Maktal, saat ini banyak wisatawan Malaysia yang memilih Lombok ketimbang Bandung. Penyebabnya, Lombok sudah gencar melakukan promosi wisata halal.
Sementara itu, Emil meminta pelayanan terhadap penumpang lebih ditingkatkan, seperti fasilitas turun dan naik pesawat, monopoli taksi bandara, dan persoalan lahan parkir.
“Harusnya kalau untuk penumpang lanjut usia (lansia), disiapkan mobil untuk ke pesawat. Jangan sampai jalan, apalagi kalau hujan,” katanya. (N-1)
anggoro@mediaindonesia.com
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved