BPBD Bantul Ingatkan 15 Desa Rawan Longsor

Agus Utantoro
03/12/2016 16:11
BPBD Bantul Ingatkan 15 Desa Rawan Longsor
(Dok. MI)

BADAN Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta memperingatkan bahwa 15 desa berada di zona rawan longsor. Potensi terjadinya bencana longsor saat ini cukup tinggi karena adanya hujan deras dengan intensitas dan durasi tinggi.

"Hasil kajian kita itu ada 15 desa yang sebagian wilayahnya masuk zona merah rawan longsor. Desa-desa itu tersebut hampir semua kecamatan," kata Pelaksana Harian Kepala BPBD Bantul Dwi Daryanto.

Dia mengatakan belasan dari total 75 desa di 17 kecamatan itu masuk zona rawan longsor karena wilayahnya berada di lerang-lereng perbukitan atau dataran tinggi, kemudian terdapat tebing yang struktur tanahnya berongga sehingga mudah bergerak.

Ia menambahkan desa yang masuk zona rawan longsor, di antaranya Desa Srimartani dan Srimulyo (Kecamatan Piyungan), Desa Selopamioro, Sriharjo, dan Girirejo (Imogiri), Desa Seloharjo Pundong, Desa Mangunan, dan Temuwuh (Dlingo), serta Desa Triwidadi dan Sendangsari (Pajangan).

"Total warga yang tinggal di kawasan zona merah tanah longsor sebanyak 2.335 keluarga (KK), kalau dirata-rata dalam satu keluarga ada empat jiwa, maka jumlah jiwanya mencapai sembilan ribu lebih," katanya.

Dwi mengatakan masih adanya bahkan banyak warga Bantul yang tinggal di zona rawan longsor itu, di antaranya karena pemekaran keluarga karena tumbuhnya keluarga baru, sementara tanah di daerah tersebut merupakan satu-satunya milik keluarga.

"Prinsipnya warga yang tinggal di daerah rawan bencana harus memahami kondisi dan risiko jika sewaktu-waktu bencana datang. Dan rata-rata di semua desa itu sudah ada FPRB (Forum Pengurangan Risiko Bencana) yang sangat luar biasa," katanya.

Selain itu, pihaknya mengimbau warga yang tinggal di lereng perbukitan kalau mau membangun rumah memperhatikan kondisi sekitar, kalau terpaksanya tetap membangun, perlu dibuat terasiring pada tebing sekitar rumah untuk meminimalisasi longsor.

"Paling tidak kalau mau bangun jangan mepet tebing untuk keselamatan, dan konstruksi bangunan harus kuat. Syukur-syukur dibuat terasiring, karena kejadian tanah longsor selama ini karena tebing tidak dibuat terasiring," katanya. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya