Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
KARNI, 30, sudah genap 50 hari menjadi pengungsi konflik agraria bersama 186 petani dari Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Hanya memakan nasi bungkus seadanya yang dikirim Dinas Sosial setempat ke penampungan pengungsi sementara di Gedung Islamic Center Karawang. Selama di pengungsian, Karni bersama seratusan petani lainnya mengaku pasrah, bahkan berharap dapat kembali ke habitatnya sebagai petani.
Menurut kabar yang mereka dengar saat ini, keberadaan isi rumah mereka di Desa Margakaya, Desa Margamulya dan Desa Wanajaya raib dijarah. Dan kebun-kebun sayur dan kayu mereka telah diluluhlantakkan oleh buldozer.
Bahkan, seorang petani bernama Awen, 51, dikabarkan meninggal dunia pada Jumat (25/11) lalu setelah melakukan konseling.
"Sekitar seminggu lalu kami mendengar kabar kebun sudah rusak. Kemudian harta benda kami juga hilang di rumah. Pada Rabu (23/11) Awen pun mengeluarkan unek-unek tersebut yang didampingi JPKP (Jaringan Pendamping Kebijakan Pembangunan) dan Dinsos sekitar. Lalu Awen pingsan dan dibawa ke rumah sakit umum (RSUD), setelah dirawat Awen meninggal," ungkap Karni kepada Media Indonesia, Selasa (29/11).
Berdasarkan keterangan sejumlah pengungsi, kondisi mental Awen sangat terpuruk setelah mengetahui kebun kayu mahoni miliknya hancur dan perabotan rumahnya hilang.
Padahal, tanaman mahoni yang ditanamnya selama dua tahun sudah ditawar Rp40 juta oleh pengepul. Uang hasil penjualan kayu itu rencananya digunakan Awen sebagai modal biaya anaknya untuk duduk di bangku kuliah.
Seratusan warga ini harus rela mengungsi setelah mengalami bentrokan dengan PT Pertiwi Lestari (PT PL). Kekhawatiran para petani diintimidasi oleh preman dan aparat kepolisian pun masih sangat dirasakan.
"Saya pernah diculik saat pulang mengantar anak saya ke pesantren. Bukan hanya itu, bahkan dari pihak kepolisian pun memaksa kami untuk mendatangani surat yang kami juga tidak tahu isinya," ucap salah seorang warga berinisial M.
M yang pernah menjabat Ketua RT ini mengaku masih khawatir dengan perlakuan intimidasi. Dia bahkan meminta tidak disebutkan dalam media saat wartawan ingin mewawancarainya.
"Saat ini keadaan rumah kami pun sudah berantakan, banyak motor warga yang hilang. Lalu alat pertanian kami yang hilang, hingga buku nikah pun hilang. Palang-palang rumah kami juga sudah dirusak," ujarnya.
Dia berharap konflik agraria dapat selesai dengan cepat dan mengembalikan mereka sebagai para petani.
Sementara itu, Ketua Serikat Tani Nasional, Ahmad Rifai, menilai telah terjadi kelalain perjanjian yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk korban pengungsi agraria.
Ahmad menyebutkan dalam salah satu perjanjian pada 10 November 2016 agar para pengungsi mau pulang dari Jakarta ke Karawang adalah masalah keamanan.
"Soal barang-barang petani yang hilang pasca rumah ditinggal itu merupakan kelalaian negara, dalam hal ini Pemda Karawang, Polri khususnya Polres Karawang. Apalagi di lokasi sejak awal standby Brimob yang melakukan sterilisasi setiap orang yang mau masuk ke lokasi. Jadi sangat aneh bila barang-barang warga hilang di tengah lokasi yang dijaga aparat keamanan," kata Ahmad saat dihubungi Media Indonesia melalui pesan WhatsApp.
Terkait hal itu, pihaknya akan melakukan inventarisasi fakta-fakta yang dialami warga pascaperjanjian dengan pemda dan melakukan evaluasi yang akan dilaporkan ke kepolisian. (OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved