Belajar Demokrasi ala SMPN 20 Semarang

Akhmad Safuan
21/11/2016 07:59
Belajar Demokrasi ala SMPN 20 Semarang
(Baliho kandidat Calon Ketua OSIS SMP Negeri 20 Semarang yang dipasang tepat di halaman depan tepat di gerbang sekolah---MI/Akhmad Safuan)

PEMAHAMAN dan pengetahuan berdemokrasi yang baik dan benar perlu ditanamkan sejak dini. Semangat itulah yang dipraktikkan siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 20 Kota Semarang dalam pemilihan Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMPN 20 secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

Pemantauan Media Indonesia di Semarang, kemarin (MInggu, 20/11), gema pemilu OSIS di SMPN tersebut telah berlangsung sepekan. Itu dimulai dengan pendaftaran bakal calon Ketua OSIS SMPN 20 periode 2016-2017 dan dilanjutkan seleksi untuk menentukan calon yang berkualitas, berintegritas, dan berjiwa pemimpin.

Selesai penjaringan, panitia pemilihan menetapkan empat kandidat terbaik dari kelas VIII. Berdasarkan hasil undian, Sofyan mendapat nomor urut 1, Anisa nomor urut 2, Shafi nomor urut 3, dan Rian nomor urut 4.

Selanjutnya, keempat calon yang akan dipilih hari ini menggelar kampanye terbuka melalui baik alat peraga maupun langsung menyampaikan visi, misi, dan program kerja kepada guru dan 1.000 siswa SMPN 20.

"Para kandidat dapat secara bebas berkampanye, setiap calon diberikan kebebasan untuk menentukan 10 siswa sebagai tim sukses," jelas Pembina OSIS SMPN 20 Ali Waidi.

Pemilihan ketua OSIS kali ini, kata Ali, merupakan ajang demokrasi bagi siswa untuk menentukan pilihan secara bebas, sekaligus belajar bagaimana berdemokrasi yang baik serta siap kalah dan siap menang. "Suasananya seperti pilkada atau pilpres mini," ucapnya.

Para siswa dan guru yang punya hak pilih, imbuh Ali, dapat menentukan pilihan setelah mengetahui visi, misi, dan program yang ditawarkan kandidat. "Kita juga mencetak surat suara dan menyiapkan bilik pemilihan seperti pemilu pada umumnya."

Selanjutnya, kata Ali, panitia penyelenggara pemilihan bertindak seperti KPU dan Bawaslu yang harus netral dalam menjalankan tugas, termasuk pemasangan alat peraga kampanye seperti spanduk dan poster bagi keempat kandidat.

"Di sini kami belajar tentang demokrasi yang baik, baik antarcalon maupun tim sukses tidak boleh saling memanasi yang menimbulkan ketegangan maupun saling ejek. Mereka bertindak sportif, baik saat pelaksanaan kampanye, pencoblosan, hingga penghitungan suara," urai ketua panitia pemilihan Bayu Kristianto Putra.

Di atas dari semua kegitan atau boleh dibilang sebagai simulasi berdemokrasi tersebut, ucap Ali, yakni menanamkan pemahaman kepada para siswa untuk berani berbeda pendapat tanpa konflik dan intimidasi. (P-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya